SURABAYA lintasjatimnews – Acara MUNIO ! episode dua yang digelar di halaman kampus Stikosa AWS, Jl. Nginden Intan Timur I/18 Surabaya, Jumat malam 8/11/2024 dihadiri banyak tokoh, sesuai esensi tema yang diangkat. Yakni, setiap orang adalah pahlawan. Setiap orang menjalani peperangannya masing masing. Dan setiap orang adalah pahlawan.
Tampak hadir Herlina Harsono Nyoto, psikolog dan anggota dewan fraksi Demokrat DPRD Surabaya, Prof Suyanto dari Unair, dr Prayoga dari Rumah Sakit Kristen Mojowarno, Prigi Arisandi dari Ecoton, Fajar Arifianto Isnugroho Dirut Rumah Pemotongan Hewan Surabaya, Kompol Gandi Dharma SH, SIK, MH Wakapolres Ponorogo dan Meimura, seniman teater/ludruk.
Pemandu diskusi, Dr Sukowidodo mangatakan, tema acara MUNIO kali ini memang menghadirkan para tokoh yang kegiatannya mengandung esensi kepahlawanan namun luput dari perhatian khalayak.
Dokter Prayoga memberi contoh tindakan sederhana untuk menjadi pahlawan. Ia mengamati bahwa mayoritas rumah sakit maupun fasilitas umum lainnya menggunakan papan petunjuk menggunakan bahasa Inggris dengan terjemahan bahasa Indonesia. Padahal, mayoritas pengguna di daerah adalah orang Jawa. Oleh karena itu ia menginisiasi penggunaan papan petunjuk menggunakan bahasa Jawa, khususnya di Rumah Sakit Kristen Mojowarno, Jombang. Hal ini akan lebih memudahkan pengunjung dan juga sebagai upaya pelestarian bahasa Jawa.
Upaya yang dilakukan Prigi Arisandi lain lagi. Aktifis lingkungan hidup ini menyoroti masalah polusi dan kesehatan yang diakibatkan oleh plastik. Bahkan banyak warga masyarakat yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah tercemar oleh mikro plastik yang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan, khususnya di bagian wajah.
Oleh karena itu ia membuka layanan uji laboratorium bagi masyarakat yang ingin memeriksakan wajahnya sudah mengandung mikro plastik atau tidak di beberapa tempat umum di Surabaya. Ia menyebut pemeriksaan uji mikro plastik akan dilaksanakan tanggal 13 November 2024 mulai jam 10.00 sampai jam 13.00 di depan gedung Grahadi Surabaya, dan secara bertutut turut juga dilaksanakan di tempat lainnya.
Bagi warga Jawa Timur, khususnya pemerhati lingkungan, nama Prigi dikenal sebagai pendiri ECOTON (Ecological Observation and Wetland Conservations) atau Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah. Ia dua kali menerima penghargaan internasional dalam bidang lingkungan hidup. Antara lain Anugerah Lingkungan Goldman pada tahun 2011 berkat usahanya dalam mengurangi polusi industri di Sungai Surabaya. Dan pada tahun 2024, ia menerima penghargaan Environmental Humanitarian Award untuk individu dari Humanity Awards.
Demikian juga seniman Meimura. Ia konsisten memainkan tokoh Besut & Rusmini, yang merupakan cikal bakal pertunjukan seni ludruk. Dalam acara di halaman kampus Stikosa AWS tersebut, Meimura memainkan Besutan lengkap dengan tari Remo ala besutan bersama seniman Den Bei.
Yang sangat menarik adalah ungkapan Herlina Harsono Nyoto. Menurutnya, sebagai anggota dewan dituntut untuk bisa bicara dan menulis, yang bermanfaat untuk masyarakat. Sebagai anggota komisi C Herlina menyoroti masalah pengelolaan sampah di kota Surabaya. Sesuai standart lingkungan, perlu dilakukan pemilahan antara sampah kering dan sampah basah. Ia sendiri, dan banyak juga ibu-ibu lain sudah bersusah payah memilah antara sampah kering dengan sampah basah sebelum dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS).
Tapi yang banyak sekali terjadi adalah, petugas pengambil sampah mencampur kembali kedua jenis sampah tersebut. Dari kebiasaan tersebut, ia menyuarakan pendapatnya agar Pemerintah Kota melakukan campur tangan intervensi dari TPS ke TPA. Dari hasil bicaranya tersebut, kini sedang dipersiapkan regulasi yang mengatur pengelolaan sampah.
Demikanlah, kisah-kisah dari para narasumber tersebut sangat inspiratif, yang menegaskan bahwa setiap orang bisa menjadi pahlawan, baik di lingkungan kecil keluarga maupun di masyarakat. Sebagai acara reguler tiap bulan di kampus Stikosa AWS, MUNIO ! akan mengangkat tema lain yang lebih menarik dengan beragam narasumber yang representatif.
Reporter: ahmadh