PESONA Kajarharjo Segera Direalisasikan Oleh Mahasiswa KKN 303 Universitas Jember

Listen to this article

BANYUWANGI lintasjatimnews – “Pemanfaatan Sampah Optimal dan Nyata (PESONA) Kajarharjo” segera direalisasikan oleh Mahasiswa Kuliyah Kerja Nyata (KKN) 303 Universitas Jember, Kamis, 25/7/2024.

Gerakan Peduli Lingkungan dan Energi Terbarukan yang telah dicetuskan dan disahkan oleh Kepala Desa Kajarharjo, Hj. Tineke Eka Wayan akan segera direalisasikan. Gerakan ini dibentuk dalam sebuah program yang dikenal sebagai “PESONA Kajarharjo”

Program ini akan dimulai dari pembuatan “prototype” dan uji coba pembuatan biopori dan “ecobrick” di Dusun Krajan, Desa Kajarharjo. Kegiatan ini berlangsung mulai tanggal 12 Juli hingga hari ini sebagai realisasi dari program “PESONA Kajarharjo”.

PESONA Kajarharjo didasari dari permasalahan masyarakat setempat mengenai pengelolaan sampah di Desa Kajarharjo yang kurang optimal. Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pengelolaan dan pemanfaatan sampah serta memberikan opsi dalam mengatasi masalah sampah di lingkungannya.

Pembuatan biopori dan “ecobrick” diawali dengan pengenalan program kepada masyarakat setempat dan melibatkan mereka dalam penyumbangan sampah sebagai bahan baku utama.

Alat dan bahan lain yang digunakan dalam pembuatan biopori adalah pipa paralon, tutup pipa paralon, solder, dan bor tanah atau linggis, serta dalam pembuatan “ecobrick” membutuhkan botol plastik dan tongkat untuk memadatkan isi “ecobrick”.

Biopori dibuat dengan memanfaatkan pipa paralon sebagai wadah dengan ukuran 3 dim sepanjang 70 cm. Pipa paralon dilubangi dengan menggunakan solder. Kemudian ditanam hingga sejajar dengan tanah.

Sampah-sampah organik, seperti sisa makanan, ranting, dan daun tanaman dimasukkan ke dalam pipa dengan menyisakan sedikit ruang. Pasang tutup pipa paralon yang sudah dilubangi dengan tidak terlalu rapat.

Secara rutin siram biopori menggunakan air cucian beras untuk mempercepat dekomposisi. Setelah pengamatan hingga 7-10 hari, sampah dalam pipa akan menyusut dan berubah kecokelatan menyerupai tanah.

“Ecobrick” dibuat dengan memanfaatkan sampah-sampah anorganik, seperti kemasan produk dan botol plastik. Pada pembuatannya, sampah-sampah kemasan produk dimasukkan ke botol plastik setelah dipotong kecil-kecil.

Sampah dalam botol plastik ditekan menggunakan tongkat hingga terisi penuh dan padat. Beberapa “ecobrick” yang telah jadi dibentuk sekreatif mungkin menjadi suatu produk.

Aradea Yofa Harmuji, Koordinator Desa/Ketua kelompok KKN 303 UNEJ menyampaikan kesulitan yang dihadapi dalam pembuatan biopori ini terletak pada penggalian tanah untuk lubang biopori. Sedangkan “ecobrick” memiliki kendala pada pengumpulan sampah anorganik yang membutuhkan waktu.

“Dalam pengerjaan biopori, kami merasa kesulitan pada penggalian tanah. Alat yang digunakan juga masih manual menggunakan linggis saja”, ucapnya.

“Pengerjaan ecobrick juga mengalami kendala karena sampah yang dikumpulkan dari warga-warga sekitar membutuhkan waktu supaya terkumpul dalam jumlah banyak”, pungkas Yofa.

Kelompok KKN 303 Universitas Jember akan terus bertekad menyelesaikan program ini sampai berhasil dan berbuah manis bagi masyarakat dan lingkungan Desa Kajarharjo terutama dalam hal pemanfaatan sampah.

Reporter: Winarto