Terungkap Sejarah Jidor Sendangagung di Acara Gladen Rutin

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews.com – Musik tradisional jidor Sendangagung telah mengalami perjalanan panjang bagi warga Desa Sendangagung, Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Hal itu terungkap dalam gladen rutin di rumah salah satu anggota jidor.

Gladen atau latihan jidor dilakukan secara bergilir dengan cara putaran arisan sebulan sekali. Latihan kali ini berada di rumah Edi Muliyono (Beno) Jalan Sumur Grombyang Sendangagung, Selasa (4/6/2024).

Dari kegiatan ini terungkap bahwa musik tradisional khas Sendangagung yang cara mainnya dipukul ini tetap dilestarikan oleh warganya karena musik ini mampu bersaing dan memiliki penggemar khusus meskipun telah bermunculan jenis musik modern. Dan musik ini telah bertransformasi dengan berkolaborasi dengan alat musik gamelan Jawa, seperti gambang,saron, peking, dan demung.

Musik yang didominasi alat musik 8 rebana (terbang), gendang-gendung dan jidor sebagai gong atau bas-nya ini makin nampak meriah dan rancak bunyinya dengan iringan gamelan.

Hal ini diungkapkan oleh H Milhan Muin salah satu pendiri Jidor Golden Star yang mengawali jidor dengan alat musik gamelan. Dan isi lagu jidoran selain shalawatan kini ditambah dengan lagu jawa. Menurutnya ide jidor dengan alat musik gamelan itu berasal dari gurunya yaitu almarhum H Dirjam Mustaji.

“Saya dulu belajar jidor sampai mendatangi Wak Dirjam Mustaji yang sehari hari bekerja bikin gunting kemasan di ladangnya, dan jidor bisa tetap eksis karena bisa untuk lagu Jawa baik pelok maupun slendro ” cerita Milhan yang kini menjadi pemain senior jidor.

Cerita itu dibenarkan oleh Hudiyanto, bahwa dirinya dan H Milhan meguru jidor dari H Dirjam di tengah kesibukannya bekerja. “Dia (H Dirjam) itu peka sekali dengan musik, dan gemar sekali dengan lagu Jawa yang dinyanyikan Waljinah dan Ki Mantous, meskipun dia juga punya lagu ciptaanya berjudul Syahadatain yang sering dinyanyikan dengan irama jidor” tutur pria yang berdomisili di Lebak Sendangagung ini.

Dengan dimasukkannya gamelan jawa, musik jidor lebih mudah dikenalkan kepada generasi muda saat ini, sebagai contoh telah lahir jidor pemula yang bernama Surya Nada yang dimainkan anak tingkat SMP dan bahkan ada juga tingkat MI kelas 5 dan 6. Ada lagi Pemuda Bersinar yang dimainkan para remaja.

Hal ini diungkap oleh Zuhri Uhya, salah satu pemain jidor Golden Star yang kini didaulat sebagai pelatih di group jidor yunior. Menurutnya salah satu faktor semangatnya anak muda ikut gladen jidor karena musik ini ternyata dinamis dan bisa diterima khalayak umum.

Reporter Gondo Waloyo