Wartawan Lintasjatimnews Khutbah Idul Fitri di Tikung

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews.com – Wartawan Lintasjatimnews asal Lamongan, Alfain Jalaluddin Ramadlan menjadi imam sekaligus memberikan khutbah Idul Fitri 1445 H di Halaman Masjid Al Ihsan Tikung Lamongan.

Mengawali paparan khutbahnya, Alfain Jalaluddin Ramadlan mengucapkan syukur alhamdulillah di pagi yang berbahagia ini, dapat melangkahkan kaki kita ke tanah lapang ini dengan suasana hati yang bahagia. Oleh karena itu marilah kita tingkatkan syukur kita kepada Allah yang telah melimpahkan banyak nikmat dan rahmat-Nya kepada kita, sehingga kita takkan mampu menghitungnya. Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an
‎Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang (an-Nahl : 18)

Salah satu perwujudan syukur itu adalah dengan menggunakan anugrah Allah SWT ini sebagai bekal untuk beramal shalih dan memperbanyak ibadah. Sehingga semakin banyak kenikmatan yang kita terima hendaknya menjadikan kita semakin taat kepada Allah.

Setelah itu, Alfain mengucapkan Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi junjungan kita Muhammad SAW yang telah memberikan suri tauladan utama untuk selalu kita tiru agar kita bisa menjadi manusia yang selamat dunia akhirat.

Sebagaimana ditegaskan didalam surat 
al-Ahzab ayat 21

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk mengikuti dan menjalankan sunnah-sunnah beliau.”

Lebih lanjut, Alfain mengatakan bahwa Umat Islam di seluruh dunia, semuanya telah menjalankan puasa Ramadhan selama satu bulan di tahun 1445 H. Berpuasa yang mengantarkan manusia menjadi Insan yang bertakwa.

Seperti dalam Qs al Baqarah ayat 183
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.

Namun bulan yang mulia ini telah kita lewati bersama. Kemudian Dia menceritakan para sahabat yang menangis ketika berpisah dengan bulan Ramadhan.

“Dahulu, ada sahabat yang kelihatan bersedih ketika Idul Fitri. Suatu ketika, ada seorang sahabat yang bersedih, kemudian ditanya, ”Ini adalah hari kebahagiaan dan kegembiraan, mengapa kamu malah bersedih?”.

Dia menjawab, “betul, namun aku hanyalah seorang hamba yang diperintahkan Tuhanku untuk beramal karena-Nya dan aku tidak tahu apakah Dia menerima amalku atau tidak.’”

Begitu juga sahabat Umar bin Abdul Aziz ketika mau berpisah di bulan Ramadhan menangis dan mengajak sahabat-sahabatnya.

Suatu ketika Umar bin Abdul Aziz berkhutbah pada saat Idul Fitri. Dalam isi khotbahnya, Umar bin Abdul Aziz berpesan, ”Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah berpuasa karena Allah selama 30 hari dan kalian melaksanakan shalat tarawih selama 30 malam. Di hari ini, kalian keluar (di lapangan), mengharap kepada Allah Swt agar Dia menerima amal kalian.”

Selain itu, Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Bagaimana bisa seorang mukmin tidak menetes air mata ketika berpisah dengan Ramadhan, sedangkan ia tidak tahu apakah masih ada sisa umurnya untuk berjumpa lagi”.

Oleh karena itu, kata Khotib, kebiasaan-kebiasaan baik yang kita lakukan selama bulan Ramadhan, mari kita lanjutkan. Jangan sampai kebiasaan baik seperti Baca Alquran, Berdzikir, ber Istighfar, puasa, bersedekah hanya dilaksanakan hanya di bulan Ramadhan. Karena amalan-amalan itu sangat banyak pahalanya.

al Quran

Contohnya yang pertama adalah al Quran. Allah Swt telah menurunkan al Quran pada bulan Ramadhan seperti dalam potongan firman Allah Swt surat al Baqarah ayat 185

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).”

Allah juga sudah berjanji akan memudahkan kita ketika menghafal dan mempelajari al Quran, seperti dalam Qs al Qamar ayat 17
“Sungguh, Kami benar-benar telah memudahkan Al-Qur’an sebagai pelajaran. Maka, adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”

al Qur’an merupakan pedoman dan petunjuk bagi umat Islam. Sangat rugi sekali jika umat Islam sendiri tidak mau membaca dan mempelajarinya. Oleh sebab itu banyak keutamaan-keutamaan membaca al-Qur’an. Salah satu keutamaan dari membaca al Qur’an sebagaimana sabda Rasulullah SAW adalah memberikan syafa’at ketika hari kiamat tiba.

Selain itu, kata Alfain, keutamaan membaca al Quran adalah memperoleh pahala berlipat, seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Mas’ud, 

“Dari Abdullah Ibnu Mas‘ud, Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan memperoleh satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan dengan sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim (sebagai) satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mim satu huruf,” (HR. At-Tirmidzi: 2835).

Selain itu, orang yang dekat dengan al Quran akan mendapatkan mahkota dan baju kebesaran. Seperti dijelaskan dalam hadits dari Buraidah RA, Nabi SAW bersabda, “Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari, dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim).

Kemudian contoh kebiasaan kedua ketika bulan Ramadhan adalah berdzikir (memperbanyak Istighfar).

Ada sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Syubaih sebagaimana yang dinukil oleh Imam Al-Qurtubi di dalam kitab Tafsirnya Al-Jaami’ Li Ahkaamil Qur’an atau yang dikenal dengan Tafsir Al-Qurtubi :

Ada tiga orang yang lagi di timpah kesusahan.
Ketiga orang itu meminta nasehat kepada Imam Hasan Basri.

Orang pertama datang mengeluhkan dirinya sudah 10 tahun menikah tidak punya anak.
Pria itu sudah kemana-mana berobat demi mendapatkan anak dari pernikahan dengan istrinya, tapi tak kunjung berhasil. Imam Hasan Al-Basri menjawab, “Perbanyak istighfar, Astaghfirullah wa atubu Ilaih, jangan berhenti.”

Tamu tadi pun pulang untuk mengamalkan apa yang disarankan Imam Hasan Al-Basri

Lalu datang orang kedua bertanya kepada Sang Imam. “Saya sudah lama sakit, di perut saya ada penyakit, sakit. Kalau sakit itu luar biasa. Sudah berobat nggak pernah sembuh. Sudah ikhtiar. Apa saran Anda,” kemudian Imam Hasan Basri menjawab, “Perbanyak istighfar.”

Setelah itu, datanglah orang ketiga berkata “Saya sudah lama bekerja keras tapi tidak pernah kaya seperti pulan,” ujar orang itu sambil menunjuk orang kaya di kampung itu.

Lagi-lagi Imam Hasan Al-Basri menyarankan agar orang itu memperbanyak istighfar.
Orang ketiga ini pun pamit pulang.

Melihat hal itu, Rabii’ bin Subaih bertanya : “Tadi orang-orang berdatangan kepadamu mengadukan berbagai permasalahan, dan engkau memerintahkan mereka semua agar beristighfar, mengapa demikian?” Hasan Al-Bashri rohimahullah menjawab “Aku tidak menjawab dari diriku sendiri, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan dalam firman-Nya:

“Maka Aku katakan kepada mereka, Mohonlah ampunan kepada Rabb-mu, seseunnguhnya dia adalah Maha Pengampun, niscaya dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Qs. Nuh : 10-12).

Jadi, lanjut Alfain, kebiasaan-kebiasaan baik ini mari terus kita laksanakan diluar bulan Ramadhan. Karena kita tidak tau Allah Swt mengambil kapan nyawa kita.

Karena kita sebagai umat Islam telah diingatkan oleh Rasulullah SAW agar tiap waktunya menjadi orang yang lebih baik. Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, (dan) barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi, dan bahkan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR Al Hakim)

“Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menentukan arah tujuan hidup yang lebih baik agar memiliki masa depan yang lebih baik,” pungkasnya

Reporter: Fathurrahim Syuhadi