LAMONGAN lintasjatimnes.com – Ramadan, syariat terbaik memperbaiki hidup demikian disampaikan Rodli, S.Pd., M.Pd Wakil Dekan Kemahasiswaan FKIP Universitas Darul Ulum (Unisda) Lamongan dalam menyambut Ramadhan 1445 Hijriyah, Senin (11/3/2024)
Rodli, S.Pd., M.Pd yang menjabat Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kalitengah Lamongan ini menjelaskan bahwa puasa adalah ritual suci yang hampir dilakukan semua agama baik samawi maupun Ardhi. Sebagaimana Quran Al-Baqarah ayat 183 menegaskan bahwa puasa itu tidak hanya diwajibkan kepada nabi Muhammad dan umatnya, melainkan juga pada umat terdahulu.
Lanjutnya, umat terdahulu itu adalah semenjak manusia pertama yaitu nabi Adam AS ketika terlempar ke bumi sambil berdoa meminta ampun dan rahmat kepada Allah Swt. Sebab hina diri dan anak cucunya yang disebut manusia tanpa dapat ampunan dan Rahmat akan menjadi hamba yang rugi selama hidupnya.
Mengutip Ibnu Katsir menjelaskan pada kitab tafsirnya bahwa nabi Adam AS puasa tiga hari dalam setiap tengah bulan. Nabi Nuh AS puasa selama di atas perahunya sebagai bentuk syukur atas penyelematan dari bencana banjir yang terbesar dalam sejarah umat manusia.
Sedangkan Nabi Ibrahim AS juga puasa saat dibakar oleh Namruz dan kaumnya. Nabi Daud AS puasa yang sangat sistematis sehari puasa sehari berbuka sepanjang hidupnya. Nabi Musa AS puasa pada 10 Muharram sebagai wujud syukur selamat dari ancaman pembunuhan Fir’aun dan pasukannya.
Gambaran singkat itu menegaskan menurut Rodli, S.Pd., M.Pd bahwa puasa itu ritual yang amat penting dan hampir disyariatkan kepada semua nabi terdahulu. Bahkan ayatul kauniyah atau peristiwa alam yang terjadi juga sangat gamblang menjelaskan bagaimana dampak pentingnya puasa itu disyariatkan.
“Binatang pun untuk menjadi makhluk yang lebih baik syarat yang wajib dilakukan juga puasa. Sebagaimana puasa ulat yang menjijikkan itu ternyata mempunyai cita-cita yang sangat mulia untuk menjadi binatang yang menyenangkan, binatang yang lebih bermanfaat,” ujar Ketua Takmir Masjid Assalam di kecamatan Kalitengah ini
Diungkapkan Direktur English club’ Drama Club’ Sangbala Children Theatre bahwa secara detail Allah Swt menciptakan ulat sebagai makhluk yang keberadaannnya menjadi mahluk yang senantiasa merugikan makhluk lain. Ketika ulat berada di daun pasti daunnya lubang, berada di buah, buahnya lalu membusuk, merambat di kulit juga akan menjadi gatal.
“Bahkan hampir semua manusia melihatnya akan merasa jijik. Ternyata binatang yang nampak hina dan menjijikkan itu punya cita-cita mulia. Ia tidak mau terus-menerus menjadi makhluk yang selalu merugikan yang lain. Ia ingin menghabiskan akhir hidupnya dengan menjadi makhluk yang menyenangkan dan bermanfaat bagi makhluk lain di manapun keberadaannya,” urai Anggota Lembaga Dakwa Khusus PDM Lamongan ini.
Reporter : Fathurrahim Syuhadi