Dampak Anomali Cuaca Barat, Hasil Tangkapan Nelayan Kecil Lamongan Sepi

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews.com – Musim barat dalam etimologi masyarakat nelayan Pantura Jawa dikenal dengan istilah musim barat atau “baratan”. Biasanya cuaca di lautan sangat buruk yang ditandai angin kencang dari arah barat laut, awan hitam pekat bergulung-gulung, dan sering terjadi hujan sepanjang hari. Selain itu, terjadi gelombang laut yang sangat besar mencapai 1 sampai dengan 3 meter.

Saat musim barat nelayan kecil tidak bisa melaut untuk menangkap ikan alias libur total, karena cuaca ekstrem bisa mengancam keselamatan nelayan kecil. Tetapi musim barat tahun ini (2024) dibilang baratan yang tidak jadi, jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di bulan Desember sudah mulai terjadi hingga Januari, dan Februari.

Tahun 2024 sampai bulan Februari pekan kedua baru ada tanda-tanda musim barat, tetapi masih belum seperti biasanya. Hal ini membuat nelayan kecil resah dan was-was karena terkadang angin kemaragan (angin sangat kencang) yang datang tiba-tiba. Pergi melautpun kondisi tangkapan masih sangat sepi, hal ini yang menjadi nelayan kecil dalam posisi dilema.

Berdasarkan penuturan langsung nelayan kecil asal babakan Watu Bayang, Ahad (11/2/2024), Muhajirin, “Baratan tahun ini tidak jadi, tidak ada tanda-tanda gelombang bergulung-gulung dan mendung hitam pekat. Sekalipun ada angin, itupun tidak terlalu kencang dan terjadi kadang-kadang,” tuturnya.

“Tiga bulan lebih kondisi cuaca kurang menentu sehingga mempengaruhi hasil tangkapan, khususnya rajungan sangat sepi. Hari ini saya melaut mencoba memakai jaring (gillnet) hanya dapat 3 ekor ikan, hari-hari ini nelayan kecil hanya bisa pasrah,” pungkasnya.

Hal senada juga dituturkan Imam Syafi’i, nelayan asal babakan Sukunan, “Memang sudah ada nelayan yang pasang bubu (perangkap rajungan), tatapi tidak terlalu jauh jangkauannya di pesisir pantai dengan pertimbangan cuaca barat tidak menentu. Hasil tangkapan rajungan belum terlalu banyak, ya kisaran 3 sampai 5 kg dengan ukuran rajungan sedang,” tuturnya.

Perubahan iklim global dan badai El Nino berdampak pada prubahan musim barat dan musim timur, baik berdasarkan waktu terjadinya maupun tanda dan gejala yang terjadi di lautan. Seperti; terjadi rab atau permukaan air laut semakin tinggi sehingga berdampak menggenangi perkampungan pesisir.

Sebenarnya gejala anomali musim cuaca di lautan sudah dirasakan nelayan kecil sejak tahun 2023. Musim timur atau timuran sudah tidak terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Begitu juga musim barat yang mestinya terjadi di Desember, tetapi hingga bulan Februari 2024 belum terjadi musim barat.

Reporter: Efendy