SURABAYA lintasjatimnews.com – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melalui UPT. Taman Budaya akan menyelenggarakan Pergelaran Wayang Layar Panjang bersama Dalang Ki Cahyo Kuntadi, Ki Rido Widhiono, dan Ki Yanuar Finna dari Institur Seni Indonsia (ISI) Surakarta, Lakon yang akan ditampilkan, Jaka Kembang Kuning.
Pergelaran akan dilaksanakan pada Jum’at, 20 Oktober 2023, pukul 20:00 WIB. Di Taman Budaya Provinsi Jawa Timur Cak Durasim, Jl. Gentengkali 85 Surabaya.
Pergelaran wayang kulit ini akan dibuka langsung oleh Ali Ma’rup, S.Sos., MM. Selaku Kepala UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur
Turut hadir pula pada pergelaran tersebut :
• DR. H. Jarianto, M.Si. selaku Ketua STKW Surabaya.
• DR. H. Rasiyo, M.Si. selaku Budayawan Jawa Timur.
• Sinarto, S.Kar., MM. Selaku Ketua PEPADI Jatim.
• RIS Handono selaku pengurus Komunitas Wanita Berkebaya Surabaya.
• Sukatno, S.Sn., MM. Selaku Budayawan Jawa Timur.
• Madiro selalu ketua PEPADI Surabaya.
• Hendy Yuda selaku Ketua Komunitas Tunggak Jati Nusantara.
• Ki Handoko Pilih selaku Pengurus KSBN Jatim.
• Merry selaku Paguyuban Budaya Surabaya.
• Para Komunitas Budaya di Surabaya Raya.
• Para Mahasiswa Mahasiswi Kampus di Surabaya Raya.
• Guru dan Pelajar SMK/SMA di Surabaya Raya.
• Para Awak Media yang hadir.
• Perwakilan ISI Surakarta 2 orang.
Dalam sambutannya, Ali Ma’rup, S.Sos., MM. sempat memberikan penjelasan bahwa UPT Taman Budaya Jawa Timur ini merupakan wadah bagi para seniman untuk berkreasi dalam menampilkan kesenian khususnya di wilayah Jawa Timur.
Alhamdulilah… Wayang kulit jawatimuran masih bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat kita ini sangat mendambakan akan kesenian tradisional, jelasnya.
Kami berharap kesenian Jawa Timur ini bisa lestari dan berkembang, sampai pada anak turun generasi muda pejuang bangsa, sehingga kita sebagai bangsa yang besar bisa menjaga dan tidak kehilangan jati diri bangsa, tegas Ali Ma’rup.
Apa pesan vital cerita Panji dalam membangun peradaban Asia Tenggara? Cerita Panji merupakan bukti adanya integrasi sosial politik bangsa Asia Tenggara melalui kebudayaan dan cinta.
Artinya cerita panji merupakan instrumen kultural untuk melakukan interaksi dan integrasi sosial masyarakat Asia Tenggara, meliputi Thailand, Kamboja dan Myanmar, Malaysia, Filipina. Selain itu, cerita Panji juga tersebar di berbagai wilayah di luar pulau Jawa, yaitu di Bali, Lombok, Kalimantan, Sumatera dan lain-lain, meski sumber ceritera berasal dari Jawa.
Meski berbicara tentang kekuatan cinta dalam membangun relasi sosial, namun ada beberapa hal yang membedakan cerita panji dengan cerita cinta lainnya. Beberapa perbedaan tersebut adalah :
- kekuatan cinta dalam cerita panji memiliki daya menyatukan antar negara. Sebagaimana tercermin dalam kisah Panji Asmoro Bangun dengan Dewi Sekartaji yang menyatukan Jenggala denngan Panjau (Kadiri).
Hal ini berbeda dengan kekuatan cinta dalam kisah Ramayana yang menjadikan cinta sebagai pemicu konflik dan perpecahan antar negara. Konflik antara prau Rama dengan Rahwana karena berebut cinta dari Dewi Shinta telah memicu peperangan dua negara Alengka dan Ayodya.
Selain epos Ramayana, kisah cinta yang dapat menjadi sumber konflik antar negara juga dapat dilihat dalam kisah-kisah cinta dari Timur Tenggah, misalnya cerita Johar Manik.
Dalam cerita ini disebutkan kecantikan putri Johar Manik telah memancing timbulnya intrik dalam kesultanan Baghdad. Semua orang yang tergila-gila pada kecantikan Johar Manik berusaha merebut hatinya dengan membuat fitnah dan manuver politik hingga memancing terjadinya konflik antara negara.
- kekuatan cinta dalam kisah Panji terkait dengan dengan masalah sosial, politik dan kenegaraan, bukan semata-mata persoalan pribadi.
Inilah yang membedakan kisah cinta cerita panji dengan cerita cinta lainnya seperti Romeo Juliet (Barat), Laila Majnun (Persia), Sampe Engtay (China). Kisah cinta ini lebih menekankan aspek cinta yang dramatik karena perbedaan kelas sosial dan ekonomi, hampir tidak terkait dengan persoalan politik kenegaaraan.
- penyebaraan cerita lebih terbuka egaliter sehingga melahirkan berbagai bentuk kisah yang lebih variatif dan tidak monoton.
Artinya kisah Panji yang berkembang di berbagai kawasan Nusantara dan Asia Tenggara memiliki ragam kisah yang berbeda dengan tokoh yang berbeda sesuai dengan nama lokal daerah.
Setidaknya ada delapan versi cerita Panji selain versi cerita rakyat seperti Kethek Ogleng, Ragil Kuning, Ande-ande Lumut dan sejenisnya.
Kedelapan versi panji tersebut adalah: Kuda Semirang, Kamboja, Serat Kanda, Angron Akung, Jayakusuma, Angreni Palembang Kuda Nurawangsa.
Di Sasak cerita Panji ditulis dalam naskah serat Megatsih. Sebagaimana disebutkan Daiz dalam diskripsi naskah Pameran Panji, Serat Megatsih mengisahkan sosok Raden Megatsih yang lahir untuk menyatukan dua kerajaan yang berkonflik. Naskah ini mencerminkan keterkaitan antara Sasak dengan kerajaan Daha.
Reporter: cak bas