SURABAYA lintasjatimnews.com — Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) siap mendukung Ekosistem Kekayaan Intelektual di Indonesia. Setidaknya itu yang disampaikan Aliridho Barakbah, S.Kom, Ph.D. Direktur PENS di sela-sela acara Seminar Penguatan Komersialisasi Produk Hasil Penelitian Tahun 2023, bekerjasama dengan Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi (APTV) Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi dengan PENS yang dilaksanakan pagi ini di Ballroom Sheraton (18/09/2023).
Menurut beliau, ekosistem yang baik untuk penelitian sangat dibutuhkan dalam upaya hilirisasi penelitian civitas akademika PTV. Kampus dengan dosen yang aktif mempunyai banyak peluang dalam mengembangkan riset sekaligus meningkatkan income. Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan desain penelitian.
Di awal, ide-ide yang kita angkat untuk penelitian merupakan ide-ide yang bisa membawa manfaat untuk masyarakat, bukan imaginer. Sehingga ketika itu dilarikan untuk pendanaan ke pemerintah, pastinya akan lebih mudah diterima untuk didanai karena lebih mengena. Kemudian lanjut kerjasama dengan Kemenkumham untuk bisa menjaga kekayaan intelektual di dalam penelitian. Dan dilanjutkan lagi ke masyarakat dan industri, sebagai pihak yang membutuhkan, terang beliau.
Menurut Dr. Benny Bandanadjaja, ST, MT., Direktur APTV Direktorat Jenderal Vokasi Kemendikbudristek, tercatat penelitian dengan skema pendanaan matching fund meningkat dari tahun ke tahun. Awalnya sedikit sekali, sekitar 60 sekian, kemudian di tahun 2022 naik menjadi antara 75-80 dan sekarang menjadi sekitar 120 lembaga. Namun jika bicara usulan, bisa mencapai angka 500 usulan, kata beliau sesaat setelah membuka Seminar.
Hal ini lantas ditangkap sebagai bentuk semangat dari lembaga maupun perguruan tinggi vokasi dalam bekerjasama dengan industri untuk menghasilkan produk-produk nyata. Dan, tentunya peningkatan ini sifatnya positif.
Masih menurut Benny, berbicara mengenai kualitas, awalnya hanya 20 persen saja yang lolos dari 200 proposal. Sehingga ada 40 proposal saja yang didanai, mengingat kualitasnya saat itu memang kurang bagus. Di tahun berikutnya naik, hingga saat ini mencapai 40 persen. Jadi perdidikan vokasi memang terus berkembang, dengan PTV yang makin mengerti dengan kualitas produk yang memang bagus untuk dikerjakan itu yang bagaimana. Tidak sekedar bagus secara paper internasional namun di Indonesia sendiri belum atau bahkan tidak dibutuhkan.
Bagi PENS, mengubah paradigma penelitian yang dilakukan untuk dikomersialisasikan melalui sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan sebuah tantangan, Kekayaan Intelektual bisa dihargai melalui surat pernyataan dari Kemenkumham, termasuk Paten dan Paten Sederhana.
Aliridho pun berharap dukungan dari pemerintah melalui berbagai kebijakan yang membantu bagi peneliti akan memudahkan kampus dalam mewujudkan Ekosistem Kekayaan Intelektual.
Kampus mempunyai banyak peluang dalam mengembangkan riset sekaligus meningkatkan jejaring dengan mitra DUDI. Dengan dukungan berbagai pihak seperti sinergi yang tadi disampaikan oleh Kemenkumham, dalam berbagai fasilitas, misalnya HKI yang sudah bisa dipantau secara online, kecepatan respon serta program Patent Examiner Goes to Campus setidaknya akan membantu meningkatkan peringkat inovasi Indonesia, menuju Ekosistem Kekayaan Intelektual, ujar Aliridho.
Reporter : Rofara