BLITAR lintasjatimnews.com – Sepekan sudah berlalu dari tanggal 16 Agustus 2023 malam hari, Lensa Mas (Lembaga Pelestarian Budaya Masyarakat) bersama para budayawan Blitar Raya, tokoh/guru masyarakat, pemuka agama bersama Walikota Blitar dan unsur Forkopimda serta para undangan lainya melakukan ritual atau upacara budaya di Makam Bung Karno Blitar.
Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Bangsa Indonesia ke 78 tahun 2023.Tujuannya ialah menggugah api semangat kemerdekaan yang ada dalam diri bangsa Indonesia dengan urutan seremoni dibagi dua tahap yaitu pengambilan api abadi di Kayangan Api Bojonegoro, yang kedua ialah ritual atau upacara budaya bersama budayawan, tokoh/guru masyarakat dan pemuka agama serta dihadiri Walikota Blitar bersama unsur Forkopimda dan undangan lainnya di Makam Bung Karno.
Kelangsungan acara yang sudah dimulai dengan penyambutan Api Abadi yang diambil dari Kayangan Api Bojonegoro yang tiba di Makam Bung Karno dibawa oleh para pinisepuh dan budayawan, diikuti dari unsur komunitas KKI/Komunitas Kain dan Kebaya Blitar Raya, unsur Dewan Seni dan Budaya Kabupaten Blitar dan para pemuda telah tiba di Makam Bung Karno tepat pukul 19.30 WIB.
Dalam sambutan Walikota Blitar yang diwakili oleh Asiten I, Moh. Sidik menyampaikan bahwa ” Ritual Kebangsaan ini momentumnya juga sangat tepat karena bertepatan dengan perayaan peringatan HUT Ke – 78 Kemerdekaan Republik Indonesia. Saya harap dengan adanya kegiatan seperti ini dapat meningkatkan rasa Nasionalisme, cinta tanah air bagi masyarakat Kota Blitar.
Perlu diketahui api telah lama menjadi simbol kekuatan, semangat dan cahaya yang memadu jalan kita. Api Abadi mencerminkan tekad dan semangat yang tak pernah padam. Seiring dengan perjalanan panjang sejarah dan perjuangan bangsa kita”.
Harapan Walikota Blitar dengan diselenggarakan acara Ritual Kebangsaan ” Api Abadi Untuk Negeri ” ini disampaikan bahwa acaranya sangat bagus untuk dilestarikan dan diulangi ditahun – tahun mendatang. Dari tahapan kedua acara ini merupakan simbolisasi maka dari itu harus ditemukan makna sejatinya. Hal itu juga disampaikan oleh Ketua Lensa Mas/ Lembaga Pelestarian Budaya Masyarakat Kota Blitar.
Ki Yoyok Madiono yang mengharapkan agar supaya upacara ini bisa diadopsi dan bisa dijadikan ikon oleh Pemerintah kota Blitar setiap tahun. Api Abadi diambil dari Kayangan Api Desa Sendang Rejo Kecamatan Ngasem Kabuten Bojonegoro.
Api tersebut tidak diketahui sejak kapan menyala, diperkirakan telah menyala sebelum Kerajaan Majapahit. Api tersebut tidak pernah mati meskipun diguyur hujan yang sangat deras.Terdapat rekahan geologi yang menyemburkan gas secara terus menerus, stabil dengan volume yang relative kecil sehingga dapat menghasilkan jilatan api yang tak pernah padam. Gejala ini menjadi pemandangan yang unik dan cukup aman untuk dikunjungi masyarakat.
API ABADI DALAM PANDANGAN MISTIS DAN SIMBOLIS
Api Abadi di Indonesia terdapat dienam tempat. 1. Bojonegoro, 2. Mojokerto, 3. Madura, 4. Samarinda, 5. Mrapen, 6. Kawah Ijen. Mengapa Bojonegoro? Menurut Ki Yoyok Madiono ialah ” Saya mencoba untuk menyampaikan kepada alam pesan apa yang ingin disampaikan ” Bojonegoro memiliki arti : Bojo ialah suami atau istri atau pasangan, Negoro ialah Negara dan Bojonegoro diartikan pasangannya Negara.
Negara ialah organisasi hidup yang memiliki roh. Roh itu ialah hidup manusia yang ingin Merdeka sejahtera selamanya. Api adalah symbol energi kehidupan manusia yang tidak pernah padam, ada yang mati dan selalu ada yang lahir. Api semangat hidup menuju adil dan Makmur Sejahtera yang diperjuangakan Bung Karno harus dihidupkan terus dan untuk selama lamanya.
WARISI API SEKALIGUS ABUNYA
“Warisi Api Sumpah Pemuda” adalah judul pidato Bung Karno ketika memperingati hari Sumpah Pemuda ke-35 tahun dan sekaligus menerima gelar Pramuka Agung di Istora Senayan Jakarta tanggal 28 Oktober 1963. Teks pidato ini dapat ditemukan dalam buku “ Warisi Api Sumpah Pemuda” halaman 171 – 180.
Keterlibatan secara mental dapat dibuktikan dengan melihat referensi kebangsaan Indonesia yang ditayangkan dalam artikel Suluh Indonesia Muda. Tahun 1926 Bung Karno telah menulis Konsep Nasionalisme Indonesia dalam artikel “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme” . Pada tahun 1927 Bung Karno meneguhkan praktek perjuangan Nasional Indonesia berwujud mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia ( PNI 27) secara langsung berpraktek menggerakan dan membangun kesadaran kebangsaan Indonesia.
Tiga isi Sumpah Pemuda sebenarnya sudah disosialisasikan secara masif oleh Bung Karno bersama PNI nya dalam ekskalasi yang luas. Dan pada waktu itu Bung Karno adalah menjadi tokoh idola nomor satu bangsa Indonesia sekaligus tokoh nomor satu yang paling dibenci oleh pemerintah Belanda.
“Ingat kapan aku pertama kali mengucapkan abu dan api saudara saudara?. Tahun 1928, tatkala pemuda pemudi kita mengucapkan sumpah pemuda itu. Aku menceritakan dengan meniru perkataan daripada seorang pemimpin besar Perancis yang bernama Jean Jaures.
Dia itu sedang berdiri di parlemen di Paris, berdiri dihadapan parlemen di Paris, sedang berdebat dengan menteri menteri daripada pemerintah Perancis pada waktu itu”. (Warisi Api Sumpah Pemuda -176).
Tujuan revolusi Perancis adalah masyarakat adil dan makmur tanpa ada ” exploitation de I’lhomme par I’lhomme ” penindasan dan penghisapan / penjajahan. Sementara elit politik pada kekuasaan di Perancis berhenti kepada tercapainya demokrasi parlementer.
Demokrasi Parlementer yang hanya memberikan kerejekian buat orang orang besar yang punya duit, sementara amanat penderitaan rakyat terabaikan, masyarakat adil dan makmur tidak tercapai. Kondisi sosial masyarakat sebagian besar masih terbelenggu kemiskinan disudut sudut kehidupan masyarakat Perancis.
Bangsa Perancis mewarisi abu dari Revolusi Perancis, yaitu Demokrasi Parlementer. Api dari revolusi perancis yaitu masyarakat adil dan makmur tanpa adanya penjajahan antar manusia, belum tercapai.
API DAN ABU DALAM SUMPAH PEMUDA
“Maka kepada semua pemuda dan pemudi Indonesia pun aku berkata, jangan mewarisi abu daripada Sumpah Pemuda, jangan mewarisi abu itu, tetapi warisilah api daripada Sumpah Pemuda ini. Jikalau saudara saudara sekadar hanya mewarisi abu, Saudara saudara akan puas dengan … yah , Indonesia sekarang sudah satu bahasa, sudah satu bangsa, sudah satu tanah air. Saudara saudara akan puas, Saudara-saudara akan mengatakan bahwa perjuangan sudah selesai, sebab apa yang disumpahkan oleh Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 sudah tercapai. Indonesia sudah bertanah air satu dari sabang sampai Merauke, Indonesia sudah berbangsa satu, Indonesia sudah berbahasa satu. Dan ini memang satu achievement, satu hal yang besar sekali saudara saudara, tetapi bukan tujuan akhir”.
Kesimpulannya, bangsa Indonesia harus mewarisi Api Sumpah Pemuda sekaligus Abu Sumpah pemuda. Abu Sumpah Pemuda adalah alat yang harus senantiasa ada dan dibutuhkan. Abu Sumpah Pemuda ialah tanah air, bangsa dan bahasa , sedangkan Api Sumpah Pemuda adalah semangat dan cita cita masyarakat adil dan makmur.
Kita hendaknya tidak terjebak kepada kegiatan normative, rutin tanpa menangkap makna sejatinya. Mari kita gunakan literatur dan referensi yang ada dengan sebaik baiknya. Salam Kebangsaan MERDEKA !!!
(Budi Kastowo, SE).