LAMONGAN lintasjatimnews.com – Didampingi Ketua Majelis Dikdasmen PDM Lamongan, Aris Setiawan, STP, CHt., CT, Cmth, Motivator Nasional, hadir dalam gelaran Silaturahim Wali Murid dan Kajian Parenting di MIM 1 Pangkatrejo, Kecamatan Maduran, Selasa (01/08/2023).
Lima belas menit pertama, Aris memperkenalkan diri sekaligus mengawali dengan ice breaking untuk mencairkan suasana. Hal tersebut dianggap penting karena baru saja acara rapat membicarakan kemajuan pendidikan madrasah, tentu sangat serius.
Setelah suasana cair, menggembirakan, dan membahagiakan, motivator mulai menyajikan materi menjadi guru dan orang tua yang hebat.
Aris mengungkapkan bahwa menjadi seorang guru adalah sebuah niat usaha yang mulia untuk mewujudkan anak didik sebagai generasi yang tangguh. Guru adalah representasi personal pembelajaran kehidupan yang nyata. Sosok guru sebagai teladan yang didambakan oleh semua peserta didik.
Selanjutnya, Aris mengungkapkan bahwa orang tua hebat adalah orang tua yang selalu menyediakan waktu untuk mengikuti perkembangan anaknya, terbuka atas informasi, menerima segala perubahan perkembangan anaknya dengan terus berusaha untuk memfasilitasi anak untuk menerima proses pembelajaran sebaik mungkin.
Lebih lanjut, Motivator Nasional itu menjekaskan bahwa perintah belajar itu tidak mengenal waktu dan usia. Belajar itu sepanjang masa. Sekalipun sudah menjadi guru dan sudah menjadi orang tua, harus terus belajar. Karena ketika guru berhenti belajar, seharusnya ia berhenti mengajar. Begitu pula ketika menjadi orang tua, harus terus belajar.
Dari guru-guru hebat dan orang tua hebat akan lahir anak-anak yang hebat pula. Hal ini tidak bisa dipungkiri. Jika ada anak yang hebat pasti ada guru atau orang tua yang hebat atau ada keduanya. Maka untuk mewujudkan anak-anak hebat, guru dan orang tua harus terus belajar menjadi guru dan orang tua yang terbaik dan hebat, papar Aris
Guru dan orang tua harus terus karena belajar itu sepanjang hayat. Belajar tentang apa? Belajar tentang mendidik anak. Orang tua dan guru harus memahami bagaimana cara mendidik anak yang baik. Bukan hanya itu guru maupun orang tua juga harus memahami beberapa hal, antara lain apa dan siapa guru atau orang tua, apa tugas dan kewajibannya, memahami hakikat anak, tujuan mendidik anak, pendidikan apa saja yang perlu diberikan kepada anak, hingga metode atau cara mendidik anak yang baik.
Bagian akhir paparan Aris mengungkap tentang tangki cinta anak.
Tangki cinta adalah wadah pemenuhan kebutuhan emosi dasar seseorang, yakni cinta, dan kasih sayang. Setiap orang dari usia berapa pun memiliki wadah yang berisi cinta dan kasih sayang ini.
Bila tangki cinta ini terisi penuh, maka bisa dicurahkan kepada orang-orang yang berada di sekitar kita. Jika orang tua bisa memenuhi tangki cinta ke anak, akan bertambah rasa percaya diri anak, akan merasa bahagia karena merasa dihargai dan disayangi, serta perilaku mereka cenderung menjadi pribadi yang baik.
Dengan memenuhi tangki cinta anak, orang tua akan mengurangi sifat pasif-agresif anak yang jika dibiarkan berpotensi mempengaruhi keharmonisan dalam keluarga.
Biasanya dalam sebuah keluarga ada 2 pengisi tangki cinta utama, yaitu berasl dari ayah dan ibu. Kedua pengisi inilah yang merupakan sumber tangki cinta anak. Jika tidak bisa keduanya, setidaknya Ibulah yang mengisi tangki cinta anak.
Lebih lanjut Arus memaparkan bahwa detidaknya ada tujuh cara mengisi tangki cinta anak dengan bahasa cinta.
- Memberikan waktu yang berkualitas – tapi harus disertai juga dengan kuantitas yang cukup dan kedekatan emosi antara orang tua dan anak.
- Memberikan kata-kata positif atau pujian dan dukungan – pujilah anak dengan tulus dan spesifik, jangan hanya sekedar “Bagus”, “Baik”, “Pintar”. Perjelas apa yang bagus dari tindakan anak.
- Memberikan sentuhan fisik berupa elusan di kepala, tepukan di punggung atau pundak, pelukan sayang, gandengan tangan saat. berjalan.
- Memberikan pelayanan – dalam arti pelayanan dalam batas yang wajar, seperti menyiapkan air hangat, membantu mengerjakan PR, membuatkan minuman, dsb. (hal-hal yang tidak bisa anak lakukan sendiri), tapi bukan berarti orang tua menjadi pembantu si anak.
- Memberikan reward atau hadiah – tidak harus berupa barang mahal, tapi bisa berupa barang kecil yang anak suka seperti makanan, buku, dsb.
- Melalui tatapan mata – tatap mata anak dengan lembut saat berkomunikasi dengan anak dan posisikan diri orang tua sejajar dengan anak.
- Perhatian yang terpusat – jika punya lebih dari satu anak luangkan waktu jalan-jalan hanya bersama satu anak saja tanpa dengan anak lainnya secara bergantian
Demikian uraian bekal menjadi guru dan orang tua hebat yang dipaparkan Aris Setiawan, Motivator yang juga Anggota Majelis Dikdasmen dan PNF PD Muhammadiyah Lamongan. Audien tampak dengan semangat dan penuh perhatian mengikutinya.
Reporter: M. Said