LAMONGAN Lintasjatimnews.com – Jenis jenis dan bentuk perkaderan Muhammadiyah disampaikan oleh Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, Fathurrahim Syuhadi MM.
Demikian disampaikan dalam acara kajian Ideologi Politik Organisasi (Ideopolitor) yang diadakan oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, Selasa (20/12/2022) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Brondong.
kegiatan yang dihadiri 500 kader Muhammadiyah dan Aisyiyah se Kabupaten Lamongan serta Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Ini mengusung tema “Penguatan kapasitas ideologi organisasi pimpinan dalam menghadapai tantangan dinamika politik kotemporer”.
Diawal sambutan, Fathurrahim Syuhadi menjelaskan, Perkaderan Muhammadiyah dilaksanakan dengan menggunakan berbagai jenis kegiatan kaderisasi yang terarah, terencana dan berkesinambungan.
Jenis-jenis kegiatan kaderisasi yang dapat dilaksanakan secara umum, kata dia, terdiri dari dua kategori. “Satu, perkaderan utama, yaitu kegiatan kaderisasi pokok yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan atau pelatihan untuk menyatukan visi dan pemahaman nilai ideologis serta system dan aksi gerakan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Persyarikatan atau Majelis Pendidikan Kader (Pusat sampai Cabang) dan Amal Usaha Muhammadiyah,” ujarnya.
Perkaderan ini, kata Wakil Sekretaris Dewan Pendidikan Lamongan ini, dilaksanakan dengan standar kurikulum yang baku dan waktu penyelenggaraannya dalam satuan waktu tertentu yang telah ditetapkan.
“Kaderisasi yang masuk kategori perkaderan utama adalah Darul Arqam dan Baitul Arqam,” ujarnya.
Darul Arqom, merupakan bentuk kegiatan kaderisasi yang utama dan khas dalam Sistem Perkaderan Muhammadiyah yang bertujuan untuk membentuk cara berfikir dan sikap kader dan pimpinan yang kritis, terbuka dan penuh komitmen terhadap Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruh nahi munkar dan tajdid.
Darul Arqam diselenggarakan di tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan AUM. Perbedaan pada tingkatan tersebut adalah mengenai waktu, cakupan keluasan materi, segmentasi dan kualifikasi peserta.
“Darul Arqam tingkat Pusat selama satu minggu, tingkat Wilayah selama lima hari dan untuk pimpinan AUM selama empat hari. Peserta Darul Arqam diprioritaskan untuk Pimpinan Persyarikatan, Unsur Pembantu Pimpinan dan Pimpinan Tertentu (top manager) Amal Usaha Muhammadiyah,” jelasnya.
Kemudian, Baitul Arqam, merupakan modifikasi dan penyederhanaan dari Darul Arqam yang diselenggarakan untuk tingkat Pimpinan Daerah, Cabang dan Ranting serta AUM.
“Sasarannya mulai simpatisan, anggota, pimpinan Muhammadiyah dan pimpinan (middle manager ke bawah) serta karyawan Amal Usaha Muhamamdiyah. Modifikasi dan penyederhanaan ini dilakukan dari sisi waktu penyelenggaraan serta kurikulumnya,” tutur Wakil Ketua Kwarwil Hizbul Wathan Jawa Timur ini.
Baitul Arqam untuk tingkat Daerah dilaksanakan selama tiga hari, tingkat Cabang dan Ranting selama dua hari dan untuk pimpinan AUM (middle manager) selama tiga hari dan karyawan selama dua hari.
Penyederhanaan ini, kata Pak Rohim-panggilan akrabnya-sengaja dirancang agar kegiatan kaderisasi dapat menjangkau peserta yang lebih luas terutama para anggota, simpatisan dan pimpinan yang tidak dapat mengikuti kegiatan Darul Arqam dalam waktu yang relative lama karena berbagai kendala.
Kemudian, lanjutnya, jenis kegiatan kaderisasi yang kedua yakni perkaderan fungsional, yaitu kegiatan kaderisasi yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan, pelatihan, kursus atau kajian intensif yang terstruktur namun tidak ditetapkan standar kurikulumnya secara baku untuk mencukupi kebutuhan dan fungsi tertentu dari majelis atau lembaga.
“Perkaderan fungsional ini, kata Pak Rohim, dilaksanakan sebagai pendukung perkaderan utama dan guna pengembangan secara fleksibel sesuai jenis pelatihan serta kebutuhan dan kreativitas masing-masing penyelenggara.
Bentuk kegiatan kaderisasi yang masuk kategori perkaderan fungsional di antaranya yang pertama, Sekolah Kader. Merupakan lembaga pendidikan formal di lingkungan Muhammadiyah yang memiliki criteria dan tujuan khusus serta deprogram secara resmi sebagai tempat pendidikan kader (pelajar dan mahasiswa), seperti kader ulama tarjih.
Kedua, Pelatihan Instruktur. Merupakan salah satu bentuk kegiatan kaderisasi pendukung yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kader Muhammadiyah sebagai pelatih (instruktur) dalam mengelola dan melaksanakan berbagai bentuk kegiatan kaderisasi di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah, ortom dan AUM.
Ketiga, Dialog Ideopolitor (ideology, politik dan organisasi) merupakan kaderisasi bagi pimpinan Persyarikatan dan AUM yang didesain dalam bentuk dialog dengan panelis dan diskusi dengan sesama peserta dalam bentuk dinamika kelompok untuk memberikan pemahaman bagi kader dan pimpinan organisasi Muhammadiyah tentang peta mutakhir ideology politik-ekonomi dan gerakan keagamaan yang berkembang di Indonesia, baik dalam skala local maupun regional dan nasional.
Keempat, Pelatihan yang diselenggarakan oleh Majlis dan Lembaga. Pelatihan-pelatihan di lingkungan Unsur Pembantu Pimpinan Muhammadiyah ini antara lain: pelatihan kader hisab dan falak (Majelis Tarjih dan Tajdid), pelatihan kader muballigh (Majelis Tabligh), pelatihan kewirausahaan (Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan), pelatihan kader lingkungan (Majelis Lingkungan Hidup) dan berbagai bentuk pelatihan lainnya yang diselnggarakan oleh majelis dan lembaga.
Kelima, Pengajian Pimpinan, merupakan kegiatan terbatas bagi pengembangan wawasan dan pendalaman nilai-nilai ideology gerakan Muhammadiyah yang diikuti oleh pimpinan Persyarikatan, pimpinan ortom dan pimpinan AUM serta ditambahi kalangan tertentu yang dipandang perlu dari warga atau tokoh Muhammadiyah.
“Salah satu bentuk pengajian pimpinan yang rutin adalah Pengajian Ramadhan oleh PP Muhammadiyah via Majelis Pendidikan Kader yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun secara terstruktur dan berkesinambungan,” sambungnya.
Keenam, Pengajian Khusus. Bentuk pengajian ini dirancang dan diselenggarakan secara khusus sebagai media internalisasi dan peneguhan paham agama dan ideology gerakan Muhammadiyah bagi segenap warga persyarikatan di lingkungan masing-masing.
Ketujuh, Pelatihan Tata Kelola Organisasi atau Up-Grading. Pelatihan ini, sambungnya, dilaksanakan untuk memberikan bekal kemampuan manajerial dan administrative bagi Pimpinan Persyarikatan serta Pengelola Amal Usaha Muhammadiyah agar dapat menjalankan amanah kepemimpinan dan pengelolaan secara professional dan dinamis dengan tetap berpijak pada visi dan misi Muhammadiyah.
Kedelapan, Diklat Khusus. Pendidikan dan pelatihan ini berorientasi pada pengembangan sumberdaya kader dan pemekaran potensinya sehingga bisa mendukung peran kader di luar persyarikatan dan menjadi pintu masuk bagi simpatisan dan calon kader Muhammadiyah.
“Di antara bentuk diklat khusus ini yakni, Diklat Jurnalistik; Pelatihan Pengembangan Kapasitas Kecerdasan Emosional dan Spiritual, Diklat Kepemimpinan dan Out bound Training,” ujar penulis produktif ini.
Reporter: Alfain Jalaluddin Ramadlan