Musim Rajungan Sepi, Nelayan Tradisional Paciran Ikut Melaut Kapal Kursin Kranji

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Hampir 3 bulan musim sepi tangkapan rajungan dialami nelayan tradisional Desa Paciran, Lamongan. Sebagian nelayan tradisional Paciran berusaha untuk mencoba melaut dengan harapan hasil tangkapan rajungan lebih bagus, tetapi hasilnya masih jauh dari harapan.

Kondisi demikian tentu saja memberatkan bagi nelayan tradisional Paciran, padahal mereka harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya agar kompor di dapur tetap menyala. Di samping itu, mereka harus memenuhi kebutuhan lainya, seperti; kebutuhan biaya pendidikan bagi anaknya, pulsa listrik agar tetap menyala, dan kebutuhan lainya.

Salah satu usaha yang dilakukan nelayan tradisional Paciran adalah mencari alternatif melaut di tempat lain atau dengan armada dan alat tangkap yang berbeda. Maka sebagian besar nelayan mengikuti melaut Kapal Kursin (miyang Kursin) di Desa Kranji, karena sebagian besar nelayan Kranji menggunakan armada kapal Kursin dalam melaut dengan awak kapal antara 20 sampai 25 nelayan.

Nelayan tradisional biasanya berangkat bersama dengan menumpang angkutan umum dari pos masing-masing blok babakan. Mereka berkelompok di sepanjang jalan Pantura Desa Paciran, seperti; Jalan Watu Bolong, Sukunan, Gapuro Ireng, Langgar Rahmat, Ikan Duyung, Kyai Amin, dan Masjid At-Taqwa.

Ketua Babakan Sidodadi Sukunan, Abdur Rohim, menuturkan, “Sudah tiga bulan ini nelayan kecil Desa Paciran beralih melaut di Kranji ikut Kapal Kursin, karena tangkapan utama berupa rajungan sangat sepi. Nelayan sudah pernah mencoba beberapa kali melaut, tetapi hasil sangat minim dan jauh dari harapan mereka,” demikian tuturnya.

“Hasil tangkapan rajungan yang diperoleh nelayan kecil Paciran berkisar antara 1 sampai 2 kilogram, dengan harga rajungan Rp 45.000 sampai Rp 50.000. Penghasilan kotor (bruto) yang diperoleh antara Rp 100.000 sampai Rp 90.000, tentu saja tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Maka nelayan kecil mencoba untuk mengikuti melaut kapal Kursin di Desa Kranji,” pungkasnya

Nelayan dari blok Watu Bolong, Ahmad Amin, menceritakan kepada reporter lintasjatim.news, hari Sabtu (3/12/2022), “Kondisi miyang (melaut) rajungan memang benar-benar sepi sekitar tiga bulan, sehingga saya dan teman-teman nelayan lainnya miyang Kursin di Kranji. Alhamdulillah hasil cukup untuk menghidupi keluarga, ya terkadang tidak dapat hasil. Hari ini ikut miyang Kursin pulang pukul 24.00 WIB, tapi kurang beruntung,” demikian ceritanya.

“Miyang Kursin biasanya berangkat pukul 12.00 WIB dan pulang sekitar pukul 24.00 WIB, dengan hasil tangkapan utama adalah ikan tongkol (cakalan). Perolehan penghasilan yang didapat nelayan setiap melaut kisaran Rp 90.000 sampai Rp 150.00. Biasanya ditambah dengan bagian ikan tongkol 1 atau 2 ekor, tergantung ukuran ikan tongkol hasil tangkapan,” lanjutnya.

Reporter: Ali Efendi