LINTASJATIMNEWS – Duka mendalam menyelimuti para orang tua dari anak-anak yang tewas dalam pembantaian di sebuah tempat penitipan anak di Thailand. Satu demi satu, orang tua yang berduka datang untuk meletakkan sekuntum mawar putih di anak tangga gedung penitipan anak, di mana puluhan anak dibunuh pada Kamis (6/10) kemarin, salah satu pembunuhan massal terburuk di Thailand.
Dilansir kantor berita AFP, Jumat (7/10/2022), beberapa orang tua menundukkan kepala dan berdoa, sebagian lainnya memeluk satu sama lain untuk saling menguatkan.
Seorang ibu menangis tersedu-sedu, memeluk selimut merah-kuning favorit putranya yang telah meninggal, dan botol susunya, yang masih setengah penuh.
Pelaku pembantaian, Panya Khamrab, seorang polisi yang dipecat, menewaskan sedikitnya 37 orang dengan senjata dan pisau. Usai beraksi di tempat penitipan anak di distrik Uthaisawan Na Klang, Provinsi Nong Bua Lamphu itu, pelaku pulang ke rumahnya lalu membunuh istri dan anaknya sebelum menembak dirinya hingga tewas.
Naliwan Duangkot (21) yang kehilangan keponakannya yang berusia dua tahun, Kamram, menghibur ibu anak laki-laki itu, ipar perempuannya yang berusia 19 tahun, Panita Prawanna.
“Sebelum dia meninggal, dia ingin makan pizza. Kami sangat sedih karena kami tidak sempat membelikan pizza untuknya,” kata Naliwan kepada AFP.
Keluarga itu mendengar tentang penembakan massal tersebut dari tetangga.
Panita dan suaminya bergegas ke tempat kejadian dengan sepeda motor untuk mencari Kamram, hanya untuk mengetahui yang terburuk.
Sambil menggendong bayinya yang berusia 11 bulan, Panita menahan air mata ketika dia berkata: “Itu tidak bisa dimengerti.”
Buarai Tanontong (51), yang kehilangan dua cucu laki-lakinya yang berusia tiga tahun, termasuk di antara mereka yang tercengang oleh peristiwa itu.
Saya sangat terkejut dan ketakutan. Saya tidak bisa tidur, saya tidak berpikir bahwa itu akan menimpa dua cucu saya,” katanya
Warga lainnya, Kamjad Pra-intr mengatakan pria bersenjata itu adalah sosok yang dikenal di daerah itu.
“Semua orang tahu siapa penembaknya. Dia dulunya adalah seorang polisi. Dia pria yang baik, tetapi kemudian kita semua tahu bahwa dia menggunakan sabu,” katanya.
“Ini komunitas kecil jadi kami saling mengenal dan kami seperti keluarga, saya kenal tiga atau empat anak yang meninggal di sana.”
Reporter Belum Sabara