Naga Berkenyawa Bukti Hubungan Kerajaan Kutai Dan Kerajaan Bugis

Listen to this article

KUTAI lintasjatimnews – Pesta Erau Adat Pelas Benua 2022 kini telah usai, Minggu (2/10/2022).

Sebelum memasuki puncak kegiatannya di Desa Kutai Lama, berbagai prosesi sempat dilalui.

Termasuk Naga Bekenyawa yang terselenggara di Dermaga Batang Aji Muksin, Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Prosesi ini dihadiri langsung oleh Menteri Adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Adji Pangeran Haryo Adi Kesuma.

Kedatangannya disambut oleh 40 prajurit barisan Bugis atau Jokaje Besi Bandranga, juga ratusan masyarakat Samarinda Seberang yang menyambut antusias.

Berbagai acara penyambutan pun dilakukan untuk menyambut kedatangan rombongan kesultanan Kutai ini.

Mulai dari proses tari-tarian, Tempung Tawar untuk mendoakan keselamatan perjalan pangeran bersama rombongan kesultanan-nya hingga pemberian berkat oleh Adji Pangeran Haryo Adi Kesuma bagi warga masyarakat yang hadir.

Untuk diketahui Pesta Erau memang sempat ditiadakan sejak 2019-2021 lalu akibat pandemi Covid-19 yang melanda.

Termasuk Naga Bekenyawa yang baru bisa terlaksana lagi di 2022 ini.

“Ekonomi kita baru bangkit. Oleh sebab itu ritual kali ini kita tidak membuat tenda dan langsung menyambut pangeran di dermaga Aji ini,” terang Wakil Ketua Adat Samarinda Seberang (Lomboi) Abdul Gani kepada media saat dijumpai di lokasi kegiatan.

Dijelaskannya Dermaga Aji memang selalu menjadi tempat persinggahan dari rombongan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura saat Erau tiba.

Di mana ritual ini menjadi pelestarian budaya, sekaligus mempererat silaturahmi antara Kesultanan Kutai dengan Kerajaan Bugis yang berada di Samarinda Seberang.

“Karena Samarinda Seberang masih merupakan wilayah Keraton dari Kesultanan Kutai,” jelasnya.

Disambungnya, Naga Bekenyawa ini menjadi penanda terjalinnya hubungan yang erat antara Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dengan Kerajaan Bugis Wajo.

Yang mana, kala itu Raja Kutai Kartanegara menghadiahkan sejumlah wilayah kekuasaan kepada Daeng Mangkona.

Waktu itu pusatnya di Selili. Dengan nama Samarendah. Yang artinya semua sama kedudukannya. Tidak ada yang di bawah atau di atas.

Jadi Raja Kutai Kartanegara pada masa itu mempercayakan Daeng Mangkona untuk menjaga wilayah keratonnya di Samarendah ini,” imbuhnya.

Ia juga mengenang asrama polisi yang berada tepat di depan dermaga tersebut dulunya merupakan asrama para prajurit Tenggarong.

Saat merdeka akhirnya diserahkan kepada Polri untuk menjaga negara,” sambungnya.

Di akhir, pihaknya berharap agar adat istiadat tersebut senantiasa terjaga dan terus menjadi cerita bagi seluruh generasi muda.

Usai pemberikan berkat oleh Adji Pangeran Haryo Adi Kesuma, rombongan kesultanan ini pun melanjutkan perjalanan mereka ke Kutai.

Reporter Belly sabara