Peran Anak Pertama dan Tulang Punggung Keluarga, Antara Memilih Ibu dan Pasangan

Listen to this article

YOGYAKARTA lintasjatimnews – Menjadi anak pertama tentu menjadi hal yang sangat harus dipertimbangkan jika kita melangkah atau memilih. Sebab, anak pertama harus mempertanggungjawabkan apa yang telah dipilih dan diinginkan.

Anak pertama pasti memiliki beban moral tinggi, kenapa begitu? Karena anak pertama identik tidak bisa meninggalkan apa yang telah menjadi sebuah tanggungjawab dan jalan hidupnya.

Antara Keluarga dan Pasangan

Anak muda jika ingin meninggalkan keluarganya tentu atas dasar yang bisa dipertimbangkan, melalui curhatan penulis ini, berikut cerita sekilas tentang saya ya.

Mas Andre Hariyanto adalah seorang anak muda dan anak pertama dari keluarga besar Erni Santoso dan Almarhum Toni. Mas Andre demikian ia akrab dipanggil juga tulang punggung keluarga, sebab ia harus bekerja karena untuk menghidupi keluarganya baik ibunya dan adek – adeknya. Baik itu, masalah sandang dan pangan serta kebutuhan lainnya. Ia juga memiliki tim atau staf sekitar 20 – 15 orang untuk harus difikirkan dari segi pengabdianya, sebut saja misal dalam bentuk bulanan atau uang jajan yang ala kadarnya ya bukan UMR loh. Mereka semua tim tergabung di Lembaga AR Learning Center dan perkumpulan penulis di Suara Utama.

Mas Andre Hariyanto juga tentu ingin melanjutkan kehidupannya, sebut saja misal ingin mencari pasangan atau jodoh. Mas Andre Hariyanto lahir di Kota Mojokerto pada 24 Mei 1993, kini usia ia menginjak 29 tahun pada tahun 2022.

“Emang berat menjadi anak pertama dan juga tulang punggung keluarga di usia muda, namun apa boleh buat ini akan menjadi proses dalam kedewasan serta membersamai sang ibu dan adek sekaligus nenek yang kini bersama saya adalah anugerah luar biasa, kembali berkumpul, walaupun masalah jodoh terakhir adalah keinginan saya agar beban dan perjalanan ini menemani saya dalam memperjuangan, galau dan baper wajar sih,” ucap Mas Andre Hariyanto yang kini keseharian bersama keluarga berjualan di Angkringan Si Ndut Prambanan Kabupaten Sleman, Prov. Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sementara itu, dikatakan Mas Andre Hariyanto menjalani kehidupan tentu pasti banyak cobaan dan rintangan. Apalagi bila ada orang yang tidak suka. Misalnya, saat kita diatas pasti banyak orang mendekat, terlebih ada orang yang iri dan tidak suka akhirnya mencari cari agar tidak baik. Selain itu, disaat kita jatuh atau dibawah, banyak orang yang dianggap menjadi sahabat atau teman tiba – tiba menghilang dengan alasan tidak mau repot dan hidup susah.

“Itulah kehidupan, saat senang banyak orang mendekat, saat susah banyak yang mengaku teman tiba – tiba hilang tanla kabar. Itulah ironisnya kehidupan,” terang Mas Andre Hariyanto yang kini telah mendirikan sebuah Yayasan ummat dan pendidikan yaitu Yayasan Pusat Pembelajaran Nusantara (YPPN).

“Dengan adanya masalah dalam hidup, jika kita bisa melewati, itu menguatkan kita lebih dari sebelumnya,” terangnya sebagaimana mengutip pesan dari gurunya yakni Dedik Sugianto seorang Asesor LSP Pers Indonesia BNSP sekaligus Ketua Umum Sindikat Wartawan Indonesia (SWI).

Penulis juga memiliki banyak masalah, tapi penulis berusaha menjalani walaupun berat tapi tetap yakin akan ada pertolongan dari Allah SWT. Penulis juga berkali – kali dihantam sebuah permasalahan dan dari hal tersebut, Mas Andre Hariyanto mengartikan bahwa hidup itu hanya sementara dan kehidupan adalah sebuah permainan dan fatamorgana.

“Bismillah, perjalanan hidup ini harus sabar dan terus berubah, jika kita diam kita akan seperti ini terus namun jika kita bergerak, Insya Allah ada perubahan lebih baik. Dan terakhir, saya juga harus meninggalkan perkuliahan saya atau tidak melanjutkan di Balikpapan Kalimantan Timur dikarenakan ibu saya kala itu sedang sakit dan saya harus pulang ke Jawa yakni Surabaya.” tutup Mas Andre Hariyanto yang pernah mengemban amanah sebagai Hubungan Masyarakat (Humas) Pondok Pesantren dan Yayasan Tahfidzul Qur’an.

Reporter mas Andre hariyanto