SURABAYA lintasjatimnews – Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Masyrakat (KKN-BBM) adalah suatu pengabdian masyarakat yang diadakan oleh mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) dan dilaksanakan dengan proses menerjunkan langsung mahasiswa ditengah-tengah masyarakat dalam bentuk kerja nyata pada lokasi tertentu yang sudah ditentukan.
Fokus utama dari program KKN dapat dilaksanakan melalui tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Sedangkan salah satu fokus utama Unair adalah pencegahan stunting berkelanjutan, yaitu menghapuskan semua bentuk kekurangan gizi pada tahun 2030.
Menurut data dari kemdikbud hingga April 2022 angka prevalensi stunting masih sebesar 24,4%, jauh di atas batas yang ditetapkan oleh WHO, yaitu di bawah 20%. Penurunan stunting ini telah menjadi program utama Kemendagri dalam rangka mengintegrasikan amanah Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting yang juga selaras dengan target tujuan pembangunan.
Hal tersebut menjadi pertimbangan diadakannya program kegiatan edukasi terkait gizi dalam upaya penanggulangan dan pencegahan stunting oleh kelompok KKN-BBM Universitas Airlangga periode 66 wilayah kelurahan Bringin.
Kegiatan yang merupakan salah satu program kerja bidang garapan kesehatan ini menghadirkan dosen dari FKM Unair yaitu Qonita Rachmah, S.Gz, M.Sc (Nut & Diet). Kegiatan ini dilakukan pada Jum’at, 29 Juli 2022 di Musholla Al-Ikhlas, Rumah Padat Karya, Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep, Surabaya.
Tujuan diadakan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait gizi dalam upaya penanggulangan dan pencegahan stunting pada ibu balita PAUD Dahlia RW 1 kelurahan Bringin.
Penyampaian materi edukasi oleh Ibu Qonita diawali dengan membahas arti stunting, cara mengetahui stunting, urgensi pencegahan stunting, dampak stunting, penyebab stunting, dan cara mencegah stunting.
“Stunting itu adalah kondisi pendek, dimana hal ini terjadi karena gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi dalam waktu yang panjang. infeksi berulang dan kurang stimulasi seperti kurang diajak bermain dan diajak ngobrol”, jelas Qonita.
Stunting pada anak dapat diketahui dengan melakukan cek panjang badan atau tinggi bandan yang kemudian plot di kurva yang telah dikeluarkan WHO. “Untuk anak dibawah 2 tahun dapat dilakukan dengan mengukur panjang badan dengan cara telentang dan untuk anak diatas 2 tahun dengan mengukur tinggi badan dengan cara berdiri” ujar lbu Qonita.
Selanjutnya dijelaskan beberapa dampak stunting, diantaranya perkembangan otak anak yang terdampak stunting tidak maksimal, gagal tumbuh (pendek, kurus), hambatan kognitif dan motorik (dapat menurunkan 1Q hingga 10 poin), dan gangguan metabolik.
“Beberapa cara untuk pencegahan stunting yaitu optimalisasi gizi ibu hamil, pemberian ASI saja sejak usia 0-6 bulan tanpa tambahan apapun, Makanan Pendamping ASI (MPASI) bergizi setelah 6 bulan, pemberian MPASI yang adekuat, penuhi kebutuhan protein hewani, pemberian makanan tambahan balita, serta pemberian vitamin A dan tablet besi”, terangya.
Pada akhir sesi edukasi mengenal stunting ini, bu Qonita juga menjelaskan cara pencegahan penyakit infeksi. “Adapun pencegahan penyakit infeksi yaitu dengan cara pemberian imunisasi, memperhatikan keamanan makanan dan minuman, membiasakan cuci tangan, dan variasikan makanan untuk meningkatkan imun tubuh”, Imbuhnya.
Sementara itu, Khuliyah Chandraning Diyanah, S. KM, M. KL., sebagai dosen pembimbing kelompok sangat mengapresiasi kinerja mahasiswa yang telah memfailitasi edukasi mengenal stunting ini. “Masyarakat dapat lebih paham dan sadar dengan kondisi stunting sehingga angka stunting di daerah tersebut turun bahkan tidak ada sama sekali”, pungkasnya.
Reporter : Winarto