Pancasila Sebagai Konsepsi Titik Temu dari Berbagai Perbedaan

Listen to this article

LAMONGAN lintasjatimnews – Hari Lahir Pancasila diperingati setiap 1 Juni oleh masyarakat Indonesia. Peringatan tersebut ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai hari Pancasila yang dituangkan dalam Keppres nomor 24 tahun 2016. Setelah ditetapkan sebagai Hari Lahirnya Pancasila.

Pendiri Rumah Baca Api Literasi, Fathan Faris Saputro mengungkapkan, peringatan Hari Lahir Pancasila ini muncul karena pentingnya mengokohkan dasar negara sebagai fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga peringatan ini menjadi suatu hal yang berharga bagi rakyat Indonesia.

“Rentetan konflik yang terjadi dari tahun ke tahun di Negeri ini seakan memberi isyarat bahwa ada sesuatu yang salah dengan sistem dan cara kita memahami republik ini. Konflik sosial, konflik etnik, ataupun konflik antar kelompok yang sering memposisikan masyarakat sebagai korban ini harus segera disudahi,” terangnya, Rabu (1/6/2022).

Akibat dari seringnya konflik yang terjadi, Fathan sapaan akrabnya menambahkan, bisa menyebabkan hilangnya arah yang jelas ke mana negeri ini hendak menuju. Menurutnya, sangat penting akan perlunya memahami dengan baik arah yang jelas tentang negeri ini, yang digali dari bumi Indonesia. Sehingga persoalan ekonomi dan sosial bisa segera bisa lebih baik lagi.

“Untuk itu, kita membutuhkan Pancasila sebagai perekat dan buhul dunia sosial kita, sekaligus sebagai visi untuk melihat masa depan. Sekaligus membutuhkannya sebagai rumusan-rumusan ringkas yang merangkum konsepsi titik temu dari berbagai perbedaan,” jelas Fathan.

Lebih lanjut Ia menyampaikan, Pancasila itu ada melalui proses menggali, kerja keras, dan proses untuk menemukannya dalam kandungan bangsa Indonesia. Menurutnya, menggali itu maksudnya bisa dimaknai sebagai proses yang belum selesai. Artinya bangsa Indonesia harus merevitalisasi makna Pancasila supaya bisa adaptif sesuai perkembangan zaman, karena jalan takdir sejarah suatu bangsa itu ditentukan oleh masyarakatnya sendiri.

“Pancasila harus dipandang sebagai cita-cita. Dengan begitu, akan terbuka ruang yang cukup luas untuk melakukan reinterpretasi atas makna dan hikmah-hikmah yang merefleksikan keIndonesiaan sesuai dengan kondisi zaman. Posisinya sebagai cita-cita, Pancasila mesti diikuti dengan strategi kebudayaan untuk menggapainya. Segala sektor kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, dan dunia sosial kita mesti digerakkan untuk menggapai cita-cita tersebut,” pungkasnya.

Reporter: Alfain Jalaluddin Ramadlan