Profil Riah Khoirul Annisa, Duta Bahasa Provinsi Lampung 2022 yang Murah Senyum

Listen to this article

LAMPUNG lintasjatimnews – Riah Khoirul Annisa adalah Duta Bahasa Provinsi Lampung 2022. Annisa panggilan akrabnya ini di mata teman-teman dekatnya terkenal dengan murah senyum.

Kepada Lintasjatimnews (2/4/2022), Annisa cerita alasannya dirinya mengikuti pemilihan duta bahasa.

“Awal mula mengetahui bahwa ada pemilihan duta bahasa provinsi Lampung itu di tahun 2020. Kakak kelas sewaktu di SMA, mengirimkan pesan pribadi via WhatsApp untuk meminta bantuan memberikan tanda suka pada unggahan di Instagram untuk menjadi Duta Bahasa Terfavorit 2021. Sejak itu, tahu ternyata ada pemilihan duta bahasa di Provinsi Lampung,” kata pegiat Rumah Baca Api Literasi itu.

Dia menambahkan, mengetahui hal itu, ia langsung berniat untuk mendaftarkan diri di pemilihan duta bahasa provinsi Lampung 2021. Hal ini di dasari oleh kesukaan ia di bidang literasi sejak SMP, dan di SMA pun ia memiliki tempat untuk mengasah kemampuan ia yaitu di Sanggar Teater Komunitas Akasia. Namun, niat tersebut belum dapat terealisasi sebab pandemi Covid-19 yang sedang baru-barunya mewabah dan mengakibatkan KBPL (Kantor Bahasa Provinsi Lampung) yang bermitra dengan Ikadubas (Ikatan Duta Bahasa) Provinsi Lampung tidak mengadakan pemilihan.

Perempuan asal Desa Semuli Jaya kecamatan Abung Semuli itu menuturkan, akhirnya, di awal tahun 2022 ini tepatnya pada 6 Januari 2022. Ia pun melanjutkan niat yang sudah ia bulatkan di tahun lalu. Alhamdulillah, Allah kasih ia kemudahan untuk melewati tahapan-tahapan yang banyak dan luar biasa. Dari total 531 pendaftar aktif, pada akhirnya tersisa 24 finalis dengan rincian 12 putra dan 12 putri, sekaligus menjadi finalis pertama yang lolos mewakili Kampusnya.

“Orang tua sedari awal selalu mendukung apapun kegiatan yang ingin ikuti, asal disertai keterangan dan tujuan yang jelas dari kegiatan tersebut. Dari awal malah justru mereka yang selalu yakin kalau mampu. Setiap hari kasih kata-kata semangat dengan berbagai bentuk. Soalnya dari awal sempat merasa pesimis melihat jumlah peserta yang mendaftar itu lebih dari 500 orang, dengan segala kelebihan yang mereka miliki,” tutur perempuan kelahiran tahun 2001 itu.

Ditambah lagi, ia tinggal dan kuliah bukan di Ibu kota, sementara teman-teman yang lain berasal dari kampus di Ibu Kota. Satu hal yang membuat ia sedikit ragu akan diri ia adalah, belum ada riwayat pendaftar atau finalis dari kampus dia sebelum-sebelumnya.

Di setiap pengumuman, ia dan orang tua dia nggak tidur. Memang pengumumannya selalu tengah malam. Sebenarnya ia nggak meminta mereka untuk temani, tetapi katanya mereka ikut penasaran. Sebegitu mendukungnya memang. Jadi, ketika ia dinyatakan lolos di tahap akhir, orang tua dia tentunya ikut senang. Tetapi pada saat itu dia sedang tidak di rumah, jadi dia tidak tahu ekspresinya seperti apa.

Ia menuturkan, program yang insya Allah ingin ia jalankan adalah aktif membuat konten-konten kebahasaan di media sosial, dan mengadakan pelatihan kebahasaan dan kepenulisan di sekolah-sekolah.

Alhamdulillah, semua teman-teman dia sangat mendukung dan menyambut baik kembalinya dia di kelas maupun rumah. Mereka sama sekali tidak yang membenci.

Pegiat Rumah Baca Api Literasi ini mengungkapkan, ia percaya, dalam sebuah kompetisi jangan sibuk membandingkan diri dengan pencapaian-pencapaian lawan. Ia cukup fokus pada diri sendiri untuk memberikan yang terbaik, karena pemenang ialah mereka yang siap bertempur dan menang di hari itu.

“Selain itu, memegang prinsip bahwa semua orang punya kesempatan yang sama. Ketulusan hati, kerja keras dan percaya diri adalah kunci untuk berproses meraih apa yang kita impikan,” pungkasnya.

Reporter: Fathan Faris Saputro