Makna Hari Raya Imlek bagi Umat Tridharma

Listen to this article

SURABAYA lintasjatimnews – Hari Raya Imlek (Sin Cia) Wan Tan amat penting bagi umat Tridharma. Sebab, hari itu adalah hari pertama timbulnya matahari pertama. Berbarengan juga dengan detik terakhir dari tahun yang lama.

Menurut Ketua 1 Bidang Agama, Klenteng Hoko Tek Hian Surabaya Bapak Ong Khing Kiong. jika peredaran satu tahun itu adalah lingkaran yang biasa disebut “Wan”, yang artinya: permulaan dan titik pertama. Itu berarti permulaan kehidupan atau dunia ,yang baru saja meninggalkan malapetaka atau dikatakan penyucian alam.

Ia menuturkan, jika pada saat itu banyak air yang diturunkan seakan – akan mencuci semua yang lama. Dan membawa pergi kotoran agar menjadi suci bersih.

“Kenyataannya pada alam, detik-detik hari pertama menunjukkan kehidupan baru,” paparnya saat ditemui Lintas Jatim News di Klenteng yang terletak di Jalan. Dukuh No 23 Surabaya, Selasa (01/02/2022).

Masih menurut Ong – panggilan akrabnya – jika umat manusia yang mengenal irama alam itu akan taat setia. Turut merayakan dengan cara menurut apa yang diperlihatkan oleh alam. Karena, alam itu maha rahim memberi segala-galanya. Baik agama, tata krama, hiburan, bahkan perlimpahan sandang dan pangan.

Oleh karena itu, menurut nya, umatnya meniru alam yang baru saja menyelesaikan lingkaran satu tahun dengan sempurna. Demikian juga umatnya mengadakan penyatuan kembali, terdiri anggota keluarganya. Dari yang paling tua sampai yang baru lahir. Disambung yang akan lahir dan menghubungi yang sudah wafat. Inilah yang dinamakan lingkaran besar, pada saat itulah yang dikatakan langit (Tuhan) dan manusia manunggal.

Ia melanjutkan, jika merayakan hari raya itu merupakan asas manusia yang selalu cenderung menyatu dengan penciptanya. Alam bersuka cita, manusia turut bersuka cita. ” Maka hari raya itu merupakan ciptaan Tuhan yang memang melekat pada alam,” ujar nya. “Dan oleh umatnya, alam itu adalah lambang kehendak Tuhan,dan merupakan konstitusi dan sumber toto kromo yang seyogyanya ditaati oleh umatnya, ” lanjut Ong lagi

Secara panjang lebar Ong menuturkan, jika alam itu ada di mana-mana. Bahkan dulu ada, sekarang ada, yang akan datang ada, maka mempunyai hakikat yang universal.

Alam adalah milik semua bangsa, merupakan buku yang serba ada, terbuka untuk dibaca, menggunakan segala bahasa, karena itu merupakan salah satu bagian yang dimengerti.

“Perhitungan hari raya itu berdasarkan peredaran bulan (Lunar) yang cocok dengan peredaran musim,” tutup Ong. (james)