LAMONGAN lintasjatimnews – Supporter LA Mania demo turun ke jalan tuntut manajemen Persela (Persatuan Sepak Bola Lamongan) lebih professional menangani tim kebanggaan masyarakat Lamongan yang berjuluk Joko Tingkir. Para suporter menyampaikan enam tuntutan, Rabu 1/12/2021
Para supporter Laskar Joko Tingkir ini sangat berharap Persela tetap eksis berada di Liga I. Persela harus tetap eksis dan jaya
Enam tuntutan para support L.A Mania tersebut diantaranya, evaluasi kinerja manajemen, transparansi manajemen, sinergitas manajemen dan L.A Mania dan sikap Persela terhadap mafia bola.
Selain itu juga pertanggungjawaban manajemen dalam perekrutan pemain serta mempertahankan pemain dan penyegaran kepengurusan manajemen Persela.
Manajer Persela Edy Zunan Achmadi saat menemui Supporter LA Mania mengapresiasi enam tuntutan yang disampaikan. Ia mengatakan tuntutan tersebut bertujuan mulia agar Persela tetap eksis.
Lanjut Yunan, tentu tuntutan mereka bertujuan mulia. Semua masyarakat Lamongan juga tidak igin Persela namanya tidak eksis. Semua pihak ingin Persela selalu tampil baik dan menang dalam setiap pertandingan
Ia menambahkan, dirinya menilai munculnya aksi demo dari L.A Mania tersebut akibat kekalahan secara beruntun yang dialami Persela pada 4 kali pertandingan
“Mudah-mudahan aksi ini bisa menggugah Tim Persela Lamongan untuk bisa bangkit dan memenangkan disetiap pertandingan berikutnya”, jelasnya
Ketua Umum L.A Mania Sapta Nugraha menyampaikan enam tuntutan para support L.A Mania cepat atau lambat akan disetujui semua, manajemen Persela berjanji akan mengevaluasi kinerjanya.
Lanjut Nugraha, kami berharap manajemen Persela, jangan hanya saat butuh saja. Karena, menurutnya, jumlah manajemen terlalu banyak namun kinerja yang dihasilkan nihil.
“Ke depan kami berharap ada keterbukaan kinerja manajemen dan sebagainya. Sebagai supporter, kami akan tetap memberikan semangat kepada pemain. Andaikata nanti tidak menang itu sudah nasib”, pungkasnya
Meski telah berdiri sejak 18 April 1967, Persela baru mulai menunjukkan eksistensinya di pentas sepak bola nasional setelah kompetisi memasuki era professional.
Itu pun setelah berjalan sembilan tahun, atau tepatnya pada musim 2003 silam. Ketika mereka sukses promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia, level tertinggi kompetisi sepak bola di tanah air kala itu (Fathurrahim Syuhadi)