SURABAYA (lintasjatimnews) – Predikat sebagai kampus ramah disabilitas diwujudkan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dengan terus memberdayakan mereka. Salah satunya ketika beberapa dosen dari program studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dan para dosen dari program studi ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) melaksanakan program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), dengan ruang lingkup kegiatan berupa optimalisasi branding dan pemasaran Batik Ciprat.
Lokasi PKM berada di Yayasan Rumah Kinasih kabupaten Blitar yang memberdayakan para disabilitas untuk produktif membuat batik ciprat. Kain batik tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai jenis fashion seperti tas, masker, baju, dan lain-lain. (30/09/2021).
Rangkaian kegiatan dimulai 23 September lalu hingga sebulan ke depan diawali dengan pelatihan branding dan pemasaran. Muh Ariffudin Islam, Dosen FBS sekaligus ketua tim PKM menyatakan kegiatan ini diharapkan mampu membantu meningkatkan penjualan batik karya para disabilitas.
“Karyanya luar biasa. Tidak hanya karena dikerjakan mereka yang istimewa, tetapi memang secara kualitas layak untuk dipasarkan ke luar. Kami berharap bisa berkolaborasi untuk meningkatkan proses branding sehingga Rumah Kinasih semakin dikenal di kalangan masyarakat” Ujar Dosen DKV ini.
Dalam pelatihan tersebut, para dosen dengan kepakaran branding dan pemasaran memberikan pemahaman dan panduan kepada pengurus Yayasan tentang cara suatu produk dipasarkan serta ada aktivitas pelatihan foto produk.
“Branding hari ini menjadi sangat penting bagi sebuah produk,. apalagi untuk bersaing di pasar nasional dan internasional. Oleh karena itu, selain pelatihan ini, ke depan kami coba bantu juga siapkan logo, graphic standard manual, juga material promosi seperti video untuk produk-produk di sini”, terangnya.
Pelatihan ini disambut baik oleh Edy Cahyono, Ketua Yayasan Rumah Kinasih. Menurut Edy, sesungguhnya produk Batik Ciprat Kinasih sudah mempunyai pelanggan dari lokal hingga mancanegara karena keunikannya, dimana setiap satu lembar kain motifnya tidak ada yang sama. Namun, pandemi saat penjualannya menurun.
“Kita senang jika ada yang membantu branding dan pemasaran karena selama ini secara marketing kami belum maksimal, belum ada strategi yang tertata rapi” ucap Edy Cahyono.
Edy pun berharap penguatan strategi pemasaran dan branding bisa menjaga eksistensi rumah Kinasih karena keberadaan yayasan ini sangat berarti bagi para pekerja yang mayoritas para disabilitas. Menurutnya, selama ini mereka cenderung menjadi kaum yang termajinalkan.
“Di sini (Rumah Kinasih), ada harapan bagi mereka untuk mendapatkan kesempatan yang sama. Juga, yang penting ada pengakuan bagi karya mereka karena pada dasarnya mereka tidak mau untuk dikasihani” pungkasnya. (Nafisa/putri/qulbi).