Tjwan Tik Sing Berdiri Sejak Zaman Kolonial

Listen to this article

SURABAYA (lintasjatimnews.com) – Tak salah jika Surabaya Utara dijadikan tempat jujugan wisata sejarah. Pasalnya, hingga saat ini banyak peninggalan jejak sejarah masa lalu. Baik berupa bangunan maupun budaya zaman kolonial, Pecinan, maupun Arab.

Seperti salah satunya di kawasan Pecinan sekitar jalan Kembang Jepun. Ada usaha seni pahat batu nisan ” Bongpay” Tjwan Tik Sing ( Nisan Praloyo). Berlokasi di pojok perempatan jalan Kembang Jepun. Atau Utara Jalan Bunguran.

Tjwan Tik Sing ternyata sudah berdiri sejak zaman Kolonial. Tepatnya pada tahun 1937. 

Bongpay adalah bahasa Mandarin. Yang bisa diterjemahkan dalam bahasa sehari-hari adalah Nisan.

“Usaha saya adalah desain taman untuk Bongpay, membuat pahatan batu nisan dll,” ujar Suwanto,pemilik usaha,saat ditemui wartawan Lintas Jatim News di kantornya (21/05/2021).

Suwanto, menjelaskan bahwa ia merupakan generasi ketiga yang mengelola tempat usaha batu Bongpay ini. Sedangkan yang pertama merintis adalah kakeknya sejak tahun 1930. 

Suwanto, bercerita, jika pada momen Ching Bing lah, kesibukan di tempat usahanya mulai terasa. Sebab, pada momen tersebut banyak pesanan berdatangan untuk renovasi atau memperbaiki makam orang tua atau keluarga tercinta.

“Momen Ching Bing adalah tahun barunya orang yang sudah meninggal dunia. Biasanya dimanfaatkan masyarakat Tionghoa untuk berdoa dan memperbaiki makam orang tua,” ujarnya

Intinya,lanjut ia, memperbaiki makam itu layaknya seperti memperbaiki rumah. Kalau ada yang retak atau bocor,ya harus diperbaiki. Karena akan berdampak terhadap hongsui dan keluarga. Karena menurut kepercayaan orang Tionghoa, kalau kita berbakti kepada orang tua atau leluhur rejeki akan lancar.

Ditanya mengenai dampak usahanya pada saat pandemik begini, Suwanto mengungkapkan,rasa syukurnya jika di tempat usahanya masih bisa bertahan dari dampak ekonomi pandemik.(Budi)