Parcel Ramadhan, Seyumkan Porter Stasiun

Listen to this article

JAKARTA (lintasjatimnews.com) –  Hiruk pikuk para pemudik di Stasiun Senen sudah mulai terlihat, para pemudik cenderung untuk mudik lebih awal. Seyum semringah terlihat dari raut wajah  Pak Sukiman dengan keramahannya menawarkan jasa ke para penumpang. Dari kardus hingga korper diangkutnya, bahkan beberapa penumpang memesan makanan melalui dirinya.

Sukiman, dengan kerut raut wajah serta rambutnya yang telah memutih, tidak menghalangi semangat Sukiman untuk terus membantu penumpang kereta api, mengangkut barang bawaannya yang banyak dan berat, meski urat menonjol di lengannya kian terlihat. Ia lakoni setiap hari selama 12 jam per shift, yang terbagi dalam waktu pagi pukul 07.00-19.00 WIB dan malam 19.00-07.00 WIB.

“Kalau hari ini shift pagi, besoknya gantian jadwal malam. Liburnya bebas tergantung kemauan kita. Tapi saya jarang ambil libur, biar ada pemasukan, paling ya libur kalau ingin istirahat saja. Saya tetap yakin sama takdir Allah, rezeki ya ada saja,” sebut Pak Sukiman pada tim Dompet Dhuafa, ditemuinya Senin (19/4/2021).

Dari pengalamannya mencari nafkah selama 15 tahun di Stasiun Gambir dan 15 tahun di Stasiun Senen, barulah sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia, ia dan Porter lainnya mengalami hal yang berbeda. Pak Sukiman dan Porter lain disana, mengalami penurunan drastis pada pendapatannya bahkan sempat berhenti dari rutinitasnya itu.

Padahal, menurut Pak Sukiman, pendapatan utama sebagai Porter pun tidak menentu. Ia akui, “Mendapat Rp100,000 per-hari pun sekarang jarang, itu sudah bagus. Jika sampai Rp200,000 per-hari, itu lagi sangat beruntung,” candanya, “Kelebihan hari ini, itu jadi penutup kekurangan hari kemarin”.

“Ada Corona tahun kemarin, saya sempat berhenti lima bulan. Jarang kan orang bepergian. Sepi karena penumpang diharuskan tes rapid atau swab yang mungkin menambah biaya perjalanan. Dan banyak penumpang yang tidak mau dibantu bawakan barangnya karena khawatir jika tersentuh orang lain. Selama itu ya tidak ada pemasukan, kerja serabutan saja biar perut tetap makan,” ujar Sukiman.

Sesekali keramahan Sukiman menceritakan pengalaman indahnya ketika bertugas. Ada penumpang yang memang sengaja memilih dan memanggil namanya di antara puluhan porter lain yang menawarkan jasanya. Bahkan tak jarang, penumpang menggunakan jasanya meskipun barang bawaannya ringan dan sedikit.

“Sepertinya dia (penumpang) memang ingin bersedekah. Barangnya ringan kok, sedikit, tapi kasih uangnya lebih. Pernah ada juga yang sampai minta foto bareng setelah dibawakan barangnya,” sebut Pak Sukiman melempar tawa.

Tak sekedar menawarkan jasa angkut barang. Petugas porter di Stasiun wajib juga memperhatikan kebersihan lingkungan. Terkadang menerima tugas lain dari penumpang yang sudah berada di dalam peron, seperti membelikan makanan ke toko yang ada di luar peron, dan sebagainya. Mereka lakoni demi pemasukan tambahan.

Semburat senyum Pak Sukiman merekah. Alangkah bahagianya ia dan sahabatnya sesama Porter, Pak Sobari (56), bertemu tim Dompet Dhuafa pagi itu yang turut mengantarkan amanah para donatur, yang terkemas dalam Parcel Ramadan yang berisi paket sembako juga uang tunai untuk petugas Porter Stasiun.

“Tidak nyangka akan dapat bantuan Parcel Lebaran. Senang sekali ya, berasa bahagia banget dapat bingkisan ini. Akhirnya keluarga bisa terasa lebaran lagi. Terima kasih donatur Dompet Dhuafa semoga kita sehat selalu,” ucap Pak Sukiman pada tim Dompet Dhuafa, ditemuinya Senin (19/4/2021).

Bulan Ramadan merupakan waktu yang tepat berbagi kebahagiaan dengan cara berzakat dan bersedekah, termasuk dengan memberikan hadiah. Hadiah yang diberikan akan memberikan kesan yang berbeda bagi mereka di hari yang mulia.

Suatu pelajaran berharga bertemu dan berbagi kisah dengan salah seorang tangguh seperti Pak Sukiman. Mengingatkan tugas dan sosok tanggung jawab seorang ayah yang berbakti pada keluarganya. Meski raga tak lagi muda, semangatnya bak membara. Membersamai gerusan perubahan zaman.

“Saya belum mau pensiun, Mas. Nanti saja kalau anak ke-empat saya yang bungsu sudah lulus sekolahnya. Sekarang dia masih SMP,” ungkap Pak Sukiman.

Dompet Dhuafa adalah lembaga Filantropi Islam yang berkhidmat dalam Pelayanan, Pembelaan dan Pemberdayaan kaum Dhuafa dengan pendekatan budaya melalui kegiatan filantropis (welasasih) dan wirausaha sosial. Selama 27 tahun lebih, Dompet Dhuafa telah memberikan kontribusi layanan bagi perkembangan umat dalam bidang sosial, kesehatan, ekonomi, dan kebencanaan serta CSR. (Fatzry)