JAKARTA (lintasjatimnews.com) – Pandemi Covid-19 telah menjadikan lebih dari sejuta pengangguran di Indonesia. Bahkan jumlah masyarakat miskin kembali meningkat seiring pandemi Covid-19. Hal tersebut diikuti dengan pengurangan sejumlah karyawan di berbagai perusahaan.
Menurut Hendri Saparini, praktisi ekonomi yang juga merupakan Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa menuturkan, “Ini waktu yang tepat, saling mendukung dan bergotong royong, optimalkan wakaf sebagai upaya menyelesaikan dan mengembalikan ekonomi. Sehingga perekonomian bisa pulih kembali. Jumlah pengangguran meningkat pesat, maka membutuhkan lapangan kerja yang dapat menyerap pekerjaan. Ada 3 sektor yang sangat diperlukan, yakni sektor pertanian dalam industri kebutuhan pangan, sektor kesehatan dan sektor dibidang pendidikan”.
“Inilah momentum wakaf untuk menjadi instrumen penting. Kita tidak boleh hanya melihat dalam pemulihan ekonomi, dan memang memerlukan dukungan dalam menuju Indonesia emas di 2045. Ini saat terpenting ditambah dengan bonus demografi, pembangunan kita tidak bisa maksimal jika mengandalkan hanya satu instrumen seperti perpajakan. Di sini wakaf bisa menjadi instrumen penting lainnya dalam membangun kesejahteraan masyarakat.
Potensi besar satu triliun perlu pengelolaan semaksimal mungkin dalam membangun ekonomi di Indonesia. Kompetensi SDM maupun lembaganya dalam pengelolaan wakaf. Diperlukan dukungan dari kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan potensi wakaf,” lanjut Hendri Saparini, pada Talkshow Milenial Berwakaf di ajang ISEF 2020, Selasa (6/10/2020).
Di lain sisi, Prijono, selaku Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI mengungkapkan bahwa selain ini waktu yang tepat dalam progres wakaf, yang terpenting juga adalah partisipasi masyarakat. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, optimasliasai wakaf dengan tiga landasan yakni Literasi, Tata kelola lembaga wakaf dan kolaborasi antar stakeholder, harus lebih masif.
Pada Literasi harus terbentuk dengan kuat terhadap pemahaman akan bentuk-bentuk wakaf di ranah masyarakat. Kemudian tata kelola terdapat peran lembaga wakaf dengan membangun kepercayaan publik untuk menyalurkan wakafnya melalui lembaga.
Waqf Core Principles (WCP) telah diluncurkan pada 2018. Dalam hal ini Bank Indonesia (BI) berkontribusi pada pengeluaran WCP. Di dalam WCP tersebut, mencakup pengelolaan dan pengawasan terhadap lembaga pengelola wakaf sebagai bukti komitmen, serta kolaborasi antar stakeholder dalam pengelolaan wakaf.
“Wakaf produktif atau wakaf uang belum familiar di masyarakat. Ini tercermin dari pemahaman masyarakat yang sebatas dalam bentuk barang tidak bergerak, seperti bangunan yang diaplikasikan ke ranah pendidikan, rumah ibadah, makam maupun tanah. Pemanfaatan obyek wakaf masih berkirsar hal-hal yang sifatnya fisik saja, belum sampai sifatnya produktif. Sehingga belum berdampak pada ekonomi secara siginifikan,” lanjut Prijono, saat membuka ISEF 2020 yang bergulir berbasis online.
Selain Prijono dan Hendri Saparini, turut pula memeriahkan gelaran tersebut adalah Prof. Indra Uno, sebagai pengusaha dan wakif, kemudian juga Aliyah Sayuti, Ify Alissa, Bobby P Manullang, serta Ustadz Ahmad Shonhaji. Semakin meriah, bincang Milenial Berwakaf yang dipandu Kamaratih Kusuma, sebagai host.
“Di negara tetangga, berbagai pembagunan seperti pusat-pusat perbelanjaan bersumber dari dana wakaf. Saya berharap ke depannya, instrumen wakaf bisa membesarkan seluruh kegiatan ekonomi di Indonesia. Bahkan sudah banyak ahlinya, maka dapat makin banyak kita membangun wakafnya. Saya mendorong setiap insan dari industri keuangan untuk membesarkan bareng-bareng dalam pembangunan wakaf,” ujar Prof. Indra Uno.
Sementara itu, Tessa, salah satu pewakaf (muwakif) melalui sambungan online dari Singapura menyampaikan, “Saya melihat Dompet Dhuafa bukan hanya mengajak wakaf. Namun juga untuk membimbing, maupun memberikan ilmu dalam membangun wakaf. Mungkin untuk saat ini sebaiknya dioptimalkan ke ranah pendidikan kedisiplinan dalam pencegahan Covid-19. Percuma saja jika wakaf hanya membantu dari sisi ekonomi maupun rumah sakit, tapi kesadaran dan pemahaman tentang Covid-19 masih kurang di masyarakat”.
Pada akhir acara, Bobby P Manullang menegaskan bahwa Dompet Dhuafa mengajak dalam melengkapi kebaikan kita untuk berwakaf, bersama-sama melihat kondisi saat ini dengan lapang dada. Wakaf tidak identik dengan kalangan atas, untuk itu bersama-sama dorong kepedulian. Selain wakaf tunai, kami menerima wakaf berupa tanah dan bangunan. Oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada masyarakat, donatur, yang sudah berwakaf melalui Dompet Dhuafa. Harapan kami, wakaf menjadi Instrumen dalam menyejahterakan masyarakat. (Fatzry)