JAKARTA (lintasjatimnews.com) – Di tengah pandemi Covid-19 seperti ini, ketahanan pangan berbasis keluarga sangat penting. Penanaman yang mudah dan ekonomis menjadi faktor yang bisa diaplikasikan. Ubi jalar menjadi salah satu bahan pangan yang dapat diaplikasikan ke dalam metode ketahanan pangan berbasis keluarga. Selain itu, sebagai upaya pengembangan pangan lokal, ubi jalar bakal digencarkan dari hulu hingga ke hilir. Mengingat potensi ubi jalar sebagai bahan baku produk makanan minuman memiliki pasar potensial, baik di dalam negeri maupun pasar global. Selasa (21/07/2020)
Pada acara Rapimnas ASAPUJI (Asosiasi Agrobisnis Petani Ubi Jalar Indonesia), pada Senin, 20 Juli 2020 yang dipimpin oleh Ahmed Joe Hara sebagai Ketua Umum ASAPUJI, dihadiri beberapa tokoh nasional hingga pemerintah daerah, seperti Dedi Mulyadi mantan Bupati Purwakarta, Dr. H. Al-Haris selaku Bupati Merangin, Jambi, Guntur Subagja selaku Direktur Dompet Dhuafa Social Enterprise (DDSE), Irfan Junaidi selaku Pimred Republika, Direktur Aneka Kacang dan Umbi (Akabi) Kementerian Pertanian RI Amiruddin Pohan, Dinas Pangan Pertanian Sukabumi dan Blitar, serta anggota ASAPUJI dari berbagai penjuru Indonesia.
“Situasi ketahanan pangan jadi isu penting. Karena negara-negara penghasil pangan mulai menahan ekspor ke negara lain. Langkah tersebut berkaitan dengan upaya menyiapkan dan menjaga stok pangan bagi negaranya sendiri. Ubi Jalar dapat menjadi pangan aleternatif. Sistem tanam yang mudah ketika kita sulit mendapatkan beras maupun gandum. Komoditas ini dapat diolah ke berbagai bentuk. Umbi dan daunnya dapat diolah menjadi sayuran keluarga. Saya mendukung ASAPUJI untuk terus mengampayekan ubi jalar ke dalam ketahanan pangan di tengah pandemi. Republika sebagai media selalu menjadi garda terdepan dalam ketahanan pangan,” tutur Irfan Junaidi, selaku Pimpinan Redaksi Harian Republika.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi (Akabi) Kementerian Pertanian RI, Amiruddin Pohan menjelaskan, “Kementerian pertanian sudah mencanangan sejak tahun ini terkait pemberdayaan kembali program diversifikasi pangan. Salah satunya umbi-umbian, termasuk ubi jalar. Tentu saya berharap dengan ASAPUJI, untuk dapat membina, mendampingi dan mendorongan teman-teman dalam menyebarkan manfaat ubi jalar lebih luas lagi. Kami dari pemerintah selalu siap dalam membantu kemajuan petani ubi jalar di Indonesia”.
Kemudian, di tengah diskusi, Dr. H. Al Haris, Bupati Merangin, Jambi menuturkan bahwa, “Di Merangin, petani sedang giat-giatnya bercocok tanam ubi jalar. Langkah tersebut tentunya dapat menjadi potensi pemasok ubi jalar terbesar. Hanya saja masih terkendala pemasarannya. Pabrik dan pangsa pasar yang bagus, merupakan upaya membangkitkan petani di tengah pandemi seperti ini. Kita harus mengangkat derajat ekonomi dari petani ubi jalar”.
Di sisi lain, Dedi Mulyadi, mantan Bupati Purwakarta, turut menyampaikan bahwa, dalam etika kebudayaan, hal tersebut adalah refleksi. Lantaran beras perlu ekonomi tinggi dalam prosesnya, tetapi ubi jalar sangat ekonomis dan mudah dalam proses penanamanya. Hanya membutuhkan tanah subur, maka sudah bisa tumbuh. Ia pun mencontohkan, seperti ubi jalar yang terdapat di Sumedang, dapat menjadi sebuah keanekaragaman produk ubi jalar dari berbagai daerah. Kemudian ia juga berpesan, bahwa program ubi jalar jangan terlalu diobral. Karena perlu menjaga stabilisasi harga maupun stabilisasi pangan di wilayah produk tersebut.
“Potensi besar dari ubi jalar, permasalahannya condong pada market atau pasar, justru bukan dipermodalan. Beberapa yang saya datangi di daerah, ketika kita berbicara aspek komersial maka harus kita rancang pasarnya. Ubi jalar harus menjadi prioritas pemerintah dan produk unggulan dalam memberikan manfaat baik bagi petani maupun masyarakat. Di sisi lain, ASAPUJI harus mempunyai peta stok dalam memenuhi kebutuhan industri. Jadi ketika pasar sudah terbentuk, tidak ada lagi kendala seperti kekurangan stok dan lain sebagainya,” ujar Guntur Subagja, selaku Direktur DDSE.
Sementara Suhanta, petani dari Kuningan, menyampaikan harapannya, yaitu adanya mesin aci hadir di Kuningan, untuk membantu proses produksi tetap berjalan di tengah pandemi. Selain dibantu dorongan dalam pemasaran produk ubi jalar, alat tersebut juga menjadi kebutuhan.
Pandemi yang masih melanda hingga saat ini, menjadi langkah bagi kita semua untuk menyiapkan sebanyak mungkin pangan alternatif. Potensi besar yang ada, patut digarap sebaik-baiknya. Mengurai permasalahan, memyiapkan pasar dan menggarap alternatif olahannya bisa menjadi langkah awal menggarap umbi-umbian di bumi pertiwi. (Fatzry)